B.F. SKINNER
A.
BIOGRAFI
Skinner adalah
anak dari seorang pengacara bernama Wiliam Skinner dan Grace Mange Skinner, ia lahir pada tanggal 20 Maret 1904.Setelah
wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun.
Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA
pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala
departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard.Di Universitas
tersebut dia menghabiskan sisa karirnya.
Skinner adalah
seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai
penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski
tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu
penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.
Pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal dunia karena penyakit
Leukemia.
B.
POKOK – POKOK TEORI SKINNER
1.
Behaviorisme Ilmiah
Skinner
menekankan bahwa perilaku manusia mestinya dipelajari secara
ilmiah.Behaviorisme ilmiah berkeyakinan kalau perilaku dapat dipelajari dengan
baik tanpa harus mengacu pada konsep kebutuhan, insting, ataupun motif.Untuk
menjadi ilmiah, Skinner
menegaskan kalau psikologi harus menghindari faktor-faktor kejiwaan internal
dan membatasi diri hanya kepada peristiwa- peristiwa fisik yang bisa
diamati.Meskipun skinner yakin bahwa kondisi internal berada diluar wilayah
ilmu tetapi dia tidak menyangkal keberadaannya.Kondisi seperti rasa lapar,
emosi, nilai keyakinan diri, kebutuhan akan agresivitas, keyakinan keberagaman,
dan niat jahat sungguh ada namun hal ini bukan penjelasan bagi perilaku
manusia.Behaviorisme ilmiah Skinner mengikuti prinsip-prinsip :
1. Filsafat ilmu
Skinner menggeneralisasikan dari studi-studi
perilaku hewan kepada studi-studi tentang perilaku anak-anak dan kemudian
studi- studi tentang perilaku orang dewasa.Skinner menggunakan prinsip-prinsip
yang diambilnya dari studi-studi laboratorium untuk mengiterpretasikan perilaku
manusia namun menegaskan kalau interpretasi tidak boleh dicmpuradukkan dengan
penjelasan, kenapa manusia bersikap seperti sekarang.
2. Karakteristik ilmu
Menurut Skinner ilmu memiliki tiga
karakter utama yaitu
1.
Ilmu
bersifat kumulatif
2.
Ilmu
adalah sikap yang lebih menghargai sifat observasi empiris
Yaitu sikap untuk melihat fakta
melebihi dari apapun.Secara khusus ada tiga komponen bagi sikap ilmiah :
1.
Dia
menolak kewibawaan seseorang dibidang tertentu, termasuk kewibawaan teoritisnya
sendiri.
2.
Ilmu
menuntut kejujuran intelektual artinya ilmu menerima fakta apapun kendati
fakta-fakta tersebut bertentangan dengan harapan dan keinginan penelitinya.
3.
Ilmu
menunda penyimpulan sampai kecenderungan yang jelas muncul.Skeptisisme yang
sehat dan kesediaan untuk menunda penyimpulan adalah unsur yang essensial untuk
menjadi seorang ilmuwan.
3.
Ilmu
adalah pencarian terhadap tatanan dan kaidah hubungan
Semua ilmu dimulai dari observasi terhadap
peristiwa-peristiwa tunggal dan kemudian berusaha menyimpulkan prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah umum dari peristiwa-peristiwa tersebut.singkatnya ,metode
ilmiah terdiri dari prediksi, kontrol, dan deskripsi.
2.
Pengondisian
Menurut Skinner ada 2 pengondisian yaitu:
·
Pengondisian
klasik (pengondisian responden)
Sebuah respon diharapkan muncul dari
organisme lewat satu stimulus spesifik yang sudah diketahui.Dalam pengodisian
klasik (classicalconditioning) stimulus netral (yang dikondisikan) dipasangkan
dengan stimulus yang tidak dikondisikan,persisnya stimulus sebelum pengondisian
beberapa kali hingga dia sanggup mengeluarkan respon yang tidak dikondisikan
sebelumnya.Contoh paling sederhana adalah tindakan refleks misalnya cahaya yang
disinarkan kemata menstimulasi pupil untuk berkontraksi.
·
Pengondisian
operan (pengondisian skinnerian)
Sebuah
perilaku yang diharapkan muncul setelah mendapat penguatan.Kunci bagi
pengondisian operan adalah penguatan segera terhadap respon.
1.
Pembentukan
Pembentukan (shaping)adalah prosedur yang
didalamnya peneliti atau lingkungan menilai perilaku secara umum ,kemudiam
menilainya secara lebih dekat lagi,baru akhirnya dapat menggarap perilaku yang
diinginkan Melaui proses penguatan terhadap pendekatan bertahap seperti ini,
peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk kompleks perangkat perilaku
final.pembentukan dapat diilustrasikan dengan contoh melatih anak laki-laki
mengenakan pakaian sendiri.perilaku final yang diinginkan yaitu dia sanggup
mengenakan pakaiannya dengan lengkap.Dari contoh tersebut akan muncul 3 kondisi
yaitu anteseden (A,Antecedent) yang mengacu pada lingkungan atau tempat dimana
itu terjadi,perilaku (B,behavior), konsekuensi (C, Consequecy) berupa
penghargaan.
2.
Penguatan
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Penguatan positif adalah
penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa
hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan
(nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah
penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
3. Hukuman
Tujuan penghukuman yaitu untuk mencegah manusia melakukan
tindakan-tindakan tertentu.Penghukuman mempunyai efek sebagai berikut :
1.
Menekan perilaku
2.
Pengondisian perasaan-perasaan
negatif
3.
Penyebaran efek-efek tersebut
4.
Penguat-penguat yang dikondisikan
dan digeneralisasikan
1.
Penguat yang dikondisikan
(pengondisian sekunder) adalah stimuli lingkungan yang pada hakekatnya tidak
langsung memberikan kepuasan namun dijadikan demikian karena diasosiasikan
dengan penguat-penguat primer yang tidak dipelajari.Uang adalah penguat yang dikondisikan
karena dapat ditukarkan dengan penguat primer.Selain itu uang juga menjadi
penguat yang digeneralisasikan karena berkaitan dengan lebih dari satu penguat
primer.Skinner menemukan lima penguat yang digeneralisasikan yang selalu
mempertahankan sebagian perilaku manusia yaitu perhatian, persetujuan, afeksi,
ketundukan pada orang lain dan kepemilikan
5.
Jadwal-Jadwal
Penguatan
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu
respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
1).
Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
2).
Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
3).
Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
4).
Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
6. Pemadaman
Meskipun sudah
dipelajari, respon masih dapat karena empat alasan yaitu :
1. Respon bisa dilupakan setelah beberapa
waktu
2. Respon dapat hilang jika ada campur tangan
dari proses pembelajaran lain sebelum atau sesudahnya
3. Respon dapat hilang akibat penghukuman
4. Kecenderungan respon yang sudah diperoleh
sebelumnya unyuk menjadi progresif dan melemahkan respon sesudahnya yang sudah
tidak lagi mendapat penguatan
Pemadaman operan (operant
extinction) terjadi ketika peneliti secara sistematis melakukan penguatan
terhadap respons yang sudah dipelajari sebelumnya hingga probabilitas respons
yang baru merosot hingga titik nol.Rasio pemadaman bergantung sepenuhnya kepada
jadwal penguatan dimana pembelajaran terjadi.
Jika dibandingkan dengan
respon-respon yang dihasilkan dari jadwal penguatan-berkesinambungan, perilaku
yang dilatih berdasarkan jadwal penguatan sebentar-sebentar jauh lebih resisten
terhadap pemadaman.Skinner mengamati sekitar 10.000 respon yang tidak mendapat
penguatan dalam penjadwalan sebentar-sebentar malah cenderung terus berulang
dan tidak bisa lagi dibedakan dari perilaku yang secara fungsional otonom.Secara
umum semakin tinggi tingkat respons di setiap penguatan, semakin sedikit
respons yang harus dibuat organisme, atau semakin pendek waktu yang dibutuhkan
di anatara penguat-penguat yang ada,semakin cepat pemadaman terjadi.Temuan ini
menunjukkan bahwa pujian dan penguat lainnya mestinya digunakan secara
berdampingan ketika melatih anak- anak.Kepunahan itu sendiri jarang
diaplikasikan secara sistematis kepada perilaku mmanusia diluar terapi atau
modifikasi perilaku.
Organisme
Manusia
Skinner (1953, 1990a)
setuju dengan John Watson (1913) bahwa psikologi harus membatasi diri kepada
studi ilmiah terhadap fenomena yang bisa diamati yang disebut perilaku.
Menurut Skinner perilaku manusia
(kepribadiannya) dibentuk oleh tiga daya yakni :
1.
Seleksi
Alam
Kepribadian manusia adalah produk dari sejarah
evolusi yang panjang. Seleksi alam memainkan peran penting dalam kepribadian
manusia.
Meskipun
seleksi alam membantu pembentukan sejumlah perilaku manusia, mungkin dia
bertanggung jawab hanya bagi sejumlah kecil tindakannya. Skinner menyatakan
bahwa kebutuhan kuat terhadap penguatan, khususnya yang sudah membentuk budaya
manusia, bertanggung jaawab bagi kebanyakan perilaku manusia.
2.
Evolusi
Budaya
Seleksi bertanggung jawab bagi praktik-praktik
budaya orang-orang yang sudah bertahan, sama seperti seleksi memainkan peran
kunci dalam sejarah evolusi manusia dan kebutuhan kuat terhadap penguatan.
Praktik-praktik budaya seperti pembuatan alat dan
perilaku berbahasa dimulai ketika seorang individu diperkuat untuk menggunakan
sebuah alat atau mengucapkan suara yang berbeda.
Sisa-sisa kebudayaan, seperti bekas-bekas seleksi
alam, tidak semuanya adaptif. Contohnya, pembagian kerja yang berkembang dari
Revolusi Industri sudah banyak membantu masyarakat menghasilkan lebih banyak
barang namun, dia sudah mengarahkan manusia kepadaa kerja yang tidak lagi
memperoleh penguatan langsung.
3.
Kondisi-Kondisi
Batin
Meskipun menolak penjelasan tentang perilaku
berdasarkan konstrak hipotetis yang tidak bisa diamati namun, Skinner tidak
menyangkal keberadaan kondisi-kondisi batin, seperti rasa cinta, rasa cemas,
atau rasa takut. Kondisi batin bisa dipelajari sama seperti perilaku lainnya
namun, pengobservasiannya memang agak terbatas.Kondisi – kondisi batin meliputi
a.
Kesadaran Diri
b.
Dorongan-Dorongan
c.
Emosi
d.
Tujuan dan Niat
Perilaku
Kompleks
Perilaku manusia dapat
terus bergerak menjadi kompleks, namun Skinner percaya bahkan perilaku paling
abstrak dan kompleks dibentuk oleh seleksi alam, evolusi budaya atau sejarah
penguatan individu.Skinner tidak menyangkal keberadaan proses – proses
mentallebih tinggi seperti kognisi,rasio dan rekoleksi namun dia juga tidak
mengabaikan perilaku kompleks manusia seperti kreativitas, perilaku yang tidak
disadari, mimpi, dan perilaku social.
1.
Proses-Proses Kejiwaan Lebih Tinggi
Pikiran manusia adalah bidang perilaku yang paling
sulit dianalisis,tetapi minimal secara potensial, dia bisa dipahami selama kita
tidak mengandalkan fiksi hipotetis seperti “jiwa”. Berpikir, memecahkan masalah
dan memaknai adalah perilaku menyolok yang berlangsung dalam diri seseorang
namun tidak pada “jiwa”. Menurut behaviris, proses-proses ini tunduk pada
kebutuhan kuat terhadap penguatan yang sama seperti perilaku yang dapat
terlihat.
Pemecahan masalah juga melibatkan perilaku yang
terlihat, bahkan sering mengharuskan seseorang memanipulasi terang-terangan
variabel-variabel yang relevan hingga solusi yang benar ditemukan.
2.
Kreativitas
Skinner membandingkan perilaku kreativitas dan
seleksi alam dalam teori evolusi. “Ketika sifat aksidental yang muncul dari
mutasi dipilih lantaran kontribusi mereka bagi kelangsungan hidup, maka variasi
akseden dalam perilaku dipilih berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang paling
menguatkan.Bagi Skinner kreativitas hanyalah perilaku acak atau aksidental
(terang-terangan atau tersembunyi) yang kemudian mendapatkan penghargaan.
3.
Perilaku yang Tidak Disadari
Manusia jarang mengamati hubungan antara variabel
genetic dan variabel lingkungan di satu sisi dengan perilaku mereka di sisi
lain, hamper semua perilaku kita dimotivasikan secara tidak sadar.
Perilaku
adalah alam bawah sadar yang dilabelkan ketika manusia tidak lagi memikirkannya
karena sudah ditekan lewat penghukuman. Perilaku yang memiliki konsekuensi
tidak diinginkan cenderung diabaikan atau tidak dipikirkan.
4.
Mimpi
Skinner
menganggap mimpi sebagai bentuk tersembunyi dan simbolis perilaku yang utama
bagi penguatan, sama seperti perilaku lainnya. Mimpi bisa berfungsi sebagai
pemenuhan harapan. Perilaku mimpi diperkuat ketika stimuli seksual atau agresi
yang direpresi mulai mengekspresikan dirinya.
5.
Perilaku Sosial
Kelompok-kelompok
manusia tidak memiliki sikap, hanya individu. Individu-individu ini
membentuk kelompok karena memperoleh penghargaan dengan bertindak
demikian.Namun keanggotaan di sebuah kelompok social tidak selalu menguatkan,
minimal karena tiga alasan maka orang masih tetap setia menjadi anggota suatu
kelompok. Pertama, manusia masih bertahan di suatu kelompok meskipun dirinya
dianiaya karena da sejumlah anggota kelompok yang mengguatkannya. Kedua, beberapa
orang khususnya anak-anak, tidak memiliki cara untuk meninggalkan kelompok.
Ketiga, penguatan terjadi dalam bentuk penjadwalan sebentar-sebentar sehingga
penganiayaan yang diderita seseorang bisa berpotongan dengan momen-momen
penghargaan. Jika penguatan positif terasa cukup kuat, maka efeknya akan lebih
kuat ketimbang penghukuman.
Kontrol
terhadap Perilaku Manusia
Perilaku individu
dikontrol oleh desakan lingkungan. Desakan ini bisa diwujudkan oleh masyarakat,
oleh individu tertentu, atau oleh diri kita sendiri namun, lingkunganlah,
bukannya kehendak bebas, yang bertanggung jawab bagi kemunculan perilaku
tersebut.
1.
Kontrol Sosial (Social Control)
Individu
bertindak untuk membentuk kelompok-kelompok social karena perilaku ini
cenderung diperkuat. Kelompok, sebaliknya, melakukan control terhadap
anggota-anggotanya dengan merumuskan hukum, aturan dan kebiasaan tertulis atau
tidak yang memiliki keberadaan fisik melampaui kehidupan individu. Hukum
bangsa, aturan organisasi, dan kebiasaan budaya dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat mengatasi cara individu bereaksi terhadap control dan semakin
menghujamkan variabel-variabel pengontrolan ke dalam hidup anggota-anggotanya.
Masing-masing
dari kita dikontrol oleh beragam kekuatan dan teknik-teknik social, tetapi
semua ini dapat dikelompokkan menjadi 4 hal : 1) pengondisian operan, 2)
keterbatasan deskripsi, 3) kondisi kekurangan dan keberlimpahan, dan 4)
batasan-batasan fisik.
2.
Kontrol Diri (Self Control)
Skinner
dan Margaret Vaughan sudah membahas beberapa teknik yang dpat digunakan
seseorang untuk melatih control diri tanpa harus berpijak kepada pilihan bebas.
1.
Mereka dapat menggunakan bantuan-bantuan
fisik, seperti alat, mesin, dan sumber keuangan untuk mengubah lingkungannya.
2.
Pribadi dapat mengubah lingkungannya,
sehingga meningkatkan probabilitas perilaku yang diinginkan.
3.
Manusia dapat mengatur lingkungannya
agar lepas dari stimulus yang berkebalikan dan menghasilkan respon yang tepat.
4.
Manusia dapat mengonsumsi obat-obatan,
khususnya alcohol, sebagai alat mengontrol diri.
5.
Manusia dapat melakukan sesuatu agar
menghindari perilaku yang tidak diinginkan.
Kepribadian
Yang Tidak Sehat
Sayangnya teknik-teknik control social
dan control diri kadang kala menghasilkan efek-efek merusak, yang pada
gilirannya memunculkan perilaku tidak tepat dan perkembangan pribadi tidak
sehat.
1.
Strategi-Strategi Perlawanan
Ketika
control social terlalu berlebihan, manusia dapat menggunakan tiga strategi
dasar untuk menghadapinya – melarikan diri, memberontak atau menggunakan perlawanan
pasif (Skinner, 1953)
2.
Perilaku-Perilaku yang Tidak Tepat
Perilaku yang tidak tepat berasal dari teknik-teknik
yang mempecundangi diri ketika melawan control social atau ketika gagal
mengontrol diri, khususnya jika kegagalan ini terpadu dengan emosi yang kuat.
Perilaku yang tidak tepat meliputi perilaku terlalu
bersemangat yang tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi, tetapi mungkin
cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya, perilaku yang terlalu
kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan terkait
penghukuman, dan akhirnya,perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan
begitu saja stimuli yang tidak diinginkan. Perilaku tidak tepat lainnya adalah
menghukum diri, menggunakan orang lain untuk menghukum dirinya, atau mengubah
lingkungan agar mereka bisa dihukum
PSIKOTERAPI
Skinner mengklaim bahwa
psikoterapi tradisional merupakan salah satu penghalang utama psikologi menjadi
ilmiah. Namun gagasannya tentang membentuk perilaku bukan hanya memiliki
pengaruh signifikan bagi terapi perilaku, tetapi juga meluas sampai deskripsi
bagaimana semestinya terapi bekerja.
Di luar orientasi
teoretisnya, seorang terapis adalah agen pengontrol. Tidak semua agen
pengontrol berbahaya dan pasien harus belajar membedakan antara figur otoritas
yang sifatnya mengadili (entah pengalaman masa lalu maupun orientasi ke depan)
dan terapis yang permisif.
Pembentukan perilaku apa pun memerlukan
waktu, dan perilaku terapi tanpa terkecuali. Seorang terapis membentuk perilaku
yang diinginkan dengan memperkuat perubahan perilaku menjadi lebih baik.
Terapis nonbehavioral mungkin akan mempengaruhi perilaku secara kebetulan atau
tanpa diketahui, sedangkan terapis behavioral secara khusus mengfokuskan diri
kepada teknik ini.
Para terapis
behavioristik sudah mengembangkan beragam teknik selama bertahun-tahyn,
kebanyakan didasari kepada pengondisian operan, meskipun beberapa dibangun di
sekitar prinsip pengondisian klasik (responden). Pada umumnya, para terapis
behavioral ini berperan aktif dalam proses perawatan, memfokuskan diri pada
konsekuensi positif perilaku tertentu dan efek-efek yang tidak dikehendaki dari
orang lain, dan yakin kalau perilaku dalam jangka waktu tertentu akan
menghasilkan penguatan positif.
Riset
– Riset Terkait
Diawal
sejarahnya, pengondisian operan banyak digunakan untuk mempelajari hewan, lalu
diaplikasikan kepada respon sederhana manusia,tetapi kemudian gagasan Skinner
ini dipakai diberbagai studi perilaku kompleks manusia.Beberapa studi ini
memfokuskan diri pada hubungan antara pla – pola perilaku jangka panjang
(Kepribadian) dan kebutuhan kuat terhadap penguatan.Studi – studi ini umumnya
terdiri atas dua bentuk yaitu sejauh mana pengondisia memengaruhi kepribadian
dan sejauh mana kepribadian memengaruhi pengondisian.
1. Bagaimana
Pengondisian Mempengaruhi Kepribadian.
Salah satu asumsi dasar pengondisian skinner adalah
penguatan membentuk perilaku. Mengenai pribadi yang ketagihan obat – obatan,
karena perawatan yang berhasil mensyaratkan penguat (obat – obatan) kehilangan
nilai penguatnya. Contohnya : bagi perokok, nikotinnya secara bertahap harus
dapat menjadi penguat negative, sama seperti tegangan ringan menjadi hilang
lantaran efek dari obat.
2. Bagaimana Kepribadian Mempengaruhi Pengondisian
Beberapa ribu studi hewan dan manusia sudah
menunjukan bahwa kekuatan pengondisian dapat mengubah perilaku / kepribadian.
Namun pada manusia terlihat jelas bahwa pribadi yang berbeda merespon secara
berbeda terhadap penguatan yang sama, sehingga kepribadian di duga menjadi
elemen penting penyebabnya.
Yang juga di perhitungkan sebagai studi adalah
partisipan di nilai negative jika menuliskan ketergantungan kepada zat lain
lebih besar dari nikotin, jika mengaku tidak ada masalah psikologis, dan jika
perempuan, mereka akan di nilai negative jika mempraktikan kotrol KB sesuai
setandar medis dan masih merokok selama hamil.
Hasil riset menunjukan adanya efek sedikit
damfetamin terhadap peningkatan aktifitas perokok. Namun juga di temukan
perbedaan individual yang sinifikan, dan ketika menguji efek-efek dari
pembandingan responder dengan nonresponder, efek ini semaki jelas.
MODIFIKASI PERILAKU
Modifikasi Perilaku (Behavior
Modification) adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses
belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen pada manusia. Belajar
adalah suatu proses yang mana perubahan–perubahan yang bersifat relatif
permanen terjadi dalam potensi perilaku sebagai suatu akibat pengalaman.
Gangguan perilaku terjadi karena pengalaman yang salah (faulty learning). Misalnya belajar dengan benar tentang contoh
perilaku yang tidak baik atau belajar dengan salah contoh perilaku yang baik.
Pandangan
behaviorist:
1.
Klasik
Modifikasi perilaku sebagai penggunaan secara sistematik
teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi
perilaku tertentu atau mengontrol lingkungan perilaku tersebut. Jika teknik
kondisioning diterapkan secara ketat, dengan stimulus, respon dan akibat
konsekuensi diharapkan terbentuk perilaku lahiriah yang diharapkan.
2.
Operant
Modifikasi perilaku akan terbentuk
ketika penguat atau pengukuh diberikan berupa reward atau punishment.
3.
Behavior Analist
Modifikasi perilaku merupakan
penerapan dari psikologi eksperimen seperti dalam laboratorium. Proses, emosi,
problema, prosedur, semua diukur. Pengubahan perilaku dilaksanakan dengan
rancangan eksperimen dibuat dengan cermat. Perilaku dihitung secara cacah untuk
mendaparkan data dasar. Variabel bebas dimanipulasi, metode statistik digunakan
untuk melihat perubahan perilaku, pengulangan jika perlu dilakukan hingga
terjadi perubahan perilaku secara jelas.
Modifikasi Tingkah Laku
Ø Pembanjiran (Flooding)
Membanjiri klien dengan situasi atau
penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkah laku yang tidak dikehendaki
dan bertahan disana sampai individu yang bersangkutan menyadari bahwa
malapetaka yang dicemaskan tidak terjadi.
Ø Terapi Aversi
Pada terapi ini penaturan kondisi
aversi diciptakan oleh terapis.Keberhasilaan suatu treatmen menuntut kerja
keras dari klien dan bantuan yang optimal dari terapis.
Ø Pemberian Hadiah atau Hukuman Secara
Selektif (Selektif Reward / Punishment)
Strategi terapi ini untuk
memperbaiki tingkah laku ank dengan melibatkan figure disekeliling anak
sehari-hari, khususnya orangtua dan guru.
Ø Latihan Ketrampilan Sosial
Latihan ini banyak dipakai untuk
membantu penderita depresi (yang dianggap sebagai akibat dari perasaan tidak
mendapatkan hadian atau perhatian yang memadai dari lingkungan) yang mungkin
karena tidak mamiliki ketrampilan untuk memperolehnya.
Ø Kartu Berharga (Token Economy)
Teknik yang didasarkan pada prinsip
pengkondisian operan desain untuk mengubah tingkah laku klien.Intervensi ini
dapat dipakai untukmendidik anak dirumah dan disekolah, khususnya pada anak
yang lambat belajar, Autistik, dan Delikuensi.
1. Penerapan
Modifikasi Perilaku
Pemberian bantuan intervensi untuk
perubahan atau pengembangan yang menguntungkan bagi subjek dan lingkungannya.
Modifikasi perilaku juga dapat digunakan sebagai proses untuk mengubah perilaku
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif. Modifikasi perilaku dianggap
sebagai human engineering dalam
hal ini. Seperti dalam terapi perilaku untuk menyelesaikan masalah pribadi
sosial, bidang pendidikan seperti pengelolaan kelas, penyusunan kurikulum dan
disain pembelajaran terprogram.
Aplikasi dari prinsip-prinsip
belajar untuk penanggulangan perilaku maladaptif misalnya desensitisasi
sistematis berdasarkan teori pengkondisian klasik Pavlov (classical conditioning), modeling
dibangun berdasarkan teori Bandura (observational
learning) ataupun dengan pembiasaan operant seperti ancangan dari Skinner. Hingga pemutakhiran
modifikasi perilaku sebagai upaya yang menggunakan metodologi klinis empiris
yang bersifat terbuka terhadap metode baru dan berbeda dari pada menempatkan
pada tradisi yang tunggal, mendasarkan pada keyakinan dan evaluasi ilmiah untuk
validasi hipotesis klinis dan komitmen melatihkan keterampilan kepada klien
dalam teknik-teknik yang klien perlukan untuk mengendalikan kehidupannya lebih
adaptif.
2. Asesmen
Perilaku
Behavioral
assesment lebih
banyak dilakukan dengan teknik non testing (observasi dan wawancara) dari pada
teknik testing. Yang ini diperoleh adalah gambaran pola perilaku kehidupan
nyata subjek dan akibat dari keadaan lingkungan terhadap pola-pola perilaku
tersebut.
Perilaku adalah variabel yang measurable (dapat diukur), observable (dapat diamati), factual (yang sedang terjadi/
berlangsung saat itu), spesific (tergambar
secara jelas dalam bentuk perilaku tertentu). Observasi sistemik dapat
dilakukan di laboratorium, klinik, kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan untuk mendapatkan informasi psikofisiologis dan kognitif-perilaku,
klarifikasi konsistensi atara informasi verbal dan non verbal, menggali tentang
perasaan, motivasi yang berhubungan dengan hal yang melahirkan perilaku.Misalnya
fobia tempat tinggi, diukur secara objektif pada ketinggian berapa rasa takut
dan cemas terjadi. Dalam masalah klien yang memiliki rasa cemas misalnya saat
klien harus melakukan diskusi. Penelusuran in vitro dilakukan jika suatu siang klien harus mengikuti
diskusi, diperhatikan perilakunya, diukur sejak kapan mulai muncul cemas meski
ringan, sampai berlanjut kapan rasa cemas itu menimbulkan pikiran untuk tidak
datang ke tempat diskusi, apa ada reaksi penyerta seperti buang air kecil,
telapak tangan berkeringat, atau perilaku eksesif lain. Penelusuran in vivo dengan jalan bagaimana
reaksi subjek ketika benar-benar menghadapi situasi cemas yang sebenarnya,
misalnya beberapa orang berkumpul, lalu subjek dan teman-temannya dipersilahkan
berdiskusi, reaksi subjek diamati secara lengkap dan diukur dalam kategori.
Metode asesmen dengan pendekatan
ilmiah namun alamiah, pendekatan naturalistik, laporan diri situasi oleh
subjek/ klien, pemantauan sendiri, observasi analog, observasi dan rating oleh
orang lain yang signifikan.
Analisis fungsi untuk mengungkap
faktor-faktor yang menyumbang terjadinya perilaku, yang memelihara perilaku dan
tuntutan lingkungan terhadap klien. Hal – hal yang diperlukan dalam analisis
fungsi perubahan perilaku, yaitu :
1.
Antecedents adalah segala hal yang mencetuskan perilaku yang
dipermasalahkan. Misalnya situasi tertentu, tempat tertentu, atau selagi
melakukan aktivitas tertentu.
2.
Behavior adalah segala hal mengenai perilaku yang dipermaslahkan,
frekuensi intensitas dan lamanya perilaku tersebut berjalan.
3.
Consequence adalah akibat–akibat yang diperoleh setelah perilaku itu
terjadi. Memelihara perilaku yag menjadi masalah dengan jalan memberikan
penguat, berupa pujian, perhatian, perasaan lebih tenang, bebas dari tugas dan
lain sebagainya.
3.
Dasar
Pemikiran Modifikasi perilaku adalah:
·
Terapis
adalah trainer/ pelatih yang rasional dan bertindak prediktif, dengan
mendeskripsikan secara konkret sasaran perilaku yang akan dimodifikasi dan
bukan proses batin seperti dalam pendekatan psikoanalisa misalnya.
·
Langkah
demi langkah terencana dengan baik tidak dengan asosiasi bebas atau reflektif.
·
Efektifnya
perlakuan, pelatihan, dan proses belajar perilaku dilihat berdasarkan perilaku
sasaran apakah berubah seperti yang direncanakan dan selalu dengan evaluasi
yang kontinyu.
·
Perilaku
adalah sebagai hasil proses belajar yaitu proses nurtureyang
dialami manusia.
·
Pendekatan
simtomatis terpusat pada gejala perilaku apa yang tampak yang menjadi masalah
dan apa yang akan menjadi perilaku sasarannya.
4. Penolong
Profesional Dalam Modifikasi Perilaku
Tujuan dalam pengembangan dan
pengubahan perilaku perlu didasari oleh beberapa hal, yaitu :
1.
Metode-metode
psikologis dirancang untuk menolong orang-orang berubah menjadi lebih baik,
sehingga mereka dapat secara penuh mengembangkan potensi-potensinya dan
mempergunakannya dalam kesempatan yang tersedia di lingkungan sosial.
2.
Penekanan
bahwa seorang helper professional atau
para penolong profesional dapat melayani sebagai konsultan atau guru yang ahli
dalam membimbing orang yang cemas, mengalami gangguan psikologis dan memiliki
ketidakmampuan sosial yang menjadi concern mereka
atau bagi orang lain dan lingkungannya, sehingga bantuan pelatihan dari
lingkungan dipertimbangkan.
Karakteristik penolong profesional
dalam pengubahan perilaku:
1.
Unilateral.
2.
SistematikFormal.
3.
Interaksi
antara penolong dan klien biasanya dibatasi oleh waktu yang spesifik.
4.
Waktu
terbatas
5.
Mereka
harus mengetahui keterbatasan dan keterampilan klien dan harus memiliki
pengetahuan terhadap sumber-sumber yang dapat dipanggil ketika permasalahan
menuntut di luar batas kemampuan mereka
APLIKASI
TEORI ALLPORT DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Analisis Perilaku terapan adalah
penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada
tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu :
1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a.
Memilih Penguatan yang efektif
b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
c. Memilih jadwal penguatan terbaik
d. Menggunakan Perjanjian (contracting)
e. Menggunakan penguatan negatif
secara efektif
2. Menggunakan dorongan dan pembentukkan
Prompt (dorongan) adalah
stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku
baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
(seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus
dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
a. Menggunakan Penguatan Diferensial.
b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c. Menghilangkan stimuli yang
diinginkan.
d. Memberikan stimuli yang tidak
disukai (hukuman).
1 komentar:
referensi dong
Posting Komentar