RSS

Minggu, 19 Mei 2013

Pembelajaran Inkuiri


PEMBELAJARAN INQUIRY

  1. Pengertian Iquiry
Inquiri berasal dari bahasa Inggris “inquiri” yang cara harafiah berarti penyelidikan. Secara umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah.Metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri.

Pengetahuan siswa dibangun dengan informasi yang diperoleh secara alami. Proses belajar siswa merupakan bagian dari pengembangan pengalaman melalui pertemuan mereka dengan guru dan rekan-rekan mereka, dan mengkaji apa yang telah mereka pelajari dari sumber belajar yang terpercaya. Karena itu pula, ilmu pengetahuan harus dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit.

Berdasarkan konsep itu, maka dalam menerapkan strategi pembelajaran  inquiry  guru harus melibatkan siswa  untuk melakukan penyelidikan, penelitian, atau investigasi yang dapat membangun pemahaman mereka sendiri. Siswa melakukan langkah kegiatan belajar aktif dan  menerapkan keterampilan berpikir kritis yang dipadukan dengan metode ilmiah.

Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi sehingga siswa belajar secara aktif.

Proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri siswa tumbuh rasa ingin  tahu, mencari jawaban atas pertanyaan, memperluas dan memperdalam pemahaman dengan menggunakan metode yang  berlaku umum. Jawaban atas pertanyaan itu sering diusulkan oleh peserta didik sendiri dalam kegiatan belajar.  Oleh karena itu, keterampilan merumuskan pertanyaan menjadi bagian penting dalam penerapan inquiry, seperti, merumuskan pertanyaan dalam penelitian. Kemampuan bertanya dan keberanian mengungkap pertanyaan menjadi bagaian penting dalam penerapan strategi ini.

Inquiry dapat dimulai dengan pertanyaan “Apa?”  atau  “ Bagaimana?” untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu gejala alam atau pun sosial.Thomas Kuhn menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan, metode dan kerangka penafsiran berasal dari paradigma para ilmuwan. Mereka berusaha untuk menegaskan sudut pandangnya. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari dalam sudut pandang mereka. Dari situ muncul sudut pandang baru.

Penerapan strategi inquiry memerlukan keterampilan dasar bertanya. Pertanyaan itu harus  merefleksikan dorongan rasa ingin tahu. Kemudian, dorongan rasa ingin tahu itu dipadukan dengan keterampilan berpikir kritis untuk mencari  jawabannya dari pertanyaan yang dibuatnya sendiri oleh siswa.

Keterampilan berpikir kritis harus memadukan proses intelektual yang terus aktif melalui langkah menerapkan konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, komunikasi, dan proses eksplorasi maupun elaborasi. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai landasan untuk meneguhkan keyakinan melakukan suatu tindakan itu benar.

Dalam meneguhkan keyakinan bahwa tindakannya benar, perlu dilandasi dengan nilai-nilai intelektual yang berlaku secara universal, yaitu:  kejelasan, ketepatan, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, argumantasi, kedalaman, luas, keadilan, dan nilai-nilai etika yang berlaku.

Untuk memulai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi inquiry Anda dapat menetapkan sebuah topik yang layak eksplorasi. Jauhkan siswa siswa dari sikap berpikir seperti  Anda. Doronglah mereka untuk menggunakan pikirannya sendiri, dari pertanyaannya. Biarlah pertanyaan itu dikembangkan secara independen, namun usahakan relevan dengan kompetensi dasar yang hendak Anda kembangkan dalam kelas.
Langkah-langkah pelajaran investigasi dalam penerapan inquiry:
1.      Menentukan tujuan
Sampaikan informasi kepada siswa apa yang mereka akan mereka pelajari,  implikasi yang menarik dari proses pelajaran yang akan berlangsung, cotoh yang menarik adalah pelacakan perkiraan berat bumi. Untuk proses belajar ini berikan petunjuk pelaksanaanya.  Untuk contoh pelacakan berat bumi, tidak perlu ada hipotesis. Jika diperlukan sampaikan pula tujuan pedagogis dari pelajaran ini.
2.      Menentukan Hipotesis
Para siswa harus selalu diharapkan untuk membuat hipotesis sendiri. Hal ini sebaiknya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil  yang ditindaklanjuti dalam diskusi seluruh kelas. Anda harus mendorong mereka untuk merumuskna hipotesis dengan benar.
3.      Menentukan Prosedur
Setelah siswa memiliki gagasan yang jelas tentang tujuan percobaan atau penelitian, mereka harus memiliki ide tentang bagaimana untuk menemukan jawabannya. Menurut pengalaman dalam berbagai diskusi dalam kelas hipotesis yang berbeda akan memberikan ide yang berbeda pula dalam menguji hipotesis mereka sendiri.
4.      Bahan
Setelah siswa mengetahui apa yang mereka rencanakan, mereka dapat membuat daftar bahan mereka perlukan. Doronglah siswa menulis apa yang mereka rencanakan dan bahan yang mereka butuhkan.
5.      Data
Sebelum siswa memulai studi, mengingatkan mereka tentang semua tindakan pengamanan. Jika mereka bekerja dengan bahan kimia, mereka harus memakai kacamata keselamatan dan perangkat keselamatan lain secukupnya.
6.      Arah kegiatan
Siswa harus tahu apa yang mereka mencari. Mereka mungkin membutuhkan bantuan guru, berikan bantuan secukupnya.
7.      Kesimpulan
Ketika siswa telah selesai studi, mereka harus membahas hasil mereka dengan satu sama lain. Mereka harus mencari tahu siapa yang memiliki hasil yang sama, yang memiliki hasil yang berbeda, mengapa hasil mungkin akan berbeda. Mereka harus menginterpretasikan hasil berdasarkan pertanyaan awal.

  1. Tujuan Pembelajaran Inkuiri
1.      Memperoleh keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan ).
2.      Lebih berkembangnya daya kreativitas anak.
3.      Belajar secara mandiri.
4.      Lebih memahami hal-hal yang mendua.
5.      Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2002:101)

  1. Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
1.      Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secaraverbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3.      Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran penting yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

  1. Peranan Pembelajaran Inkuiri
Pelaksanaan penggunaan metode pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para siswaantara lain sebagai berikut:
1.   Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa.
2.   Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan- penemuan yangdiperolehnya.
3.   Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa.
4.   Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5.   Tidak menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
            
Read More >>

RPP Bahasa Jawa


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah             : Sekolah Dasar Negeri Desa Karangpaing
Mata Pelajaran            : Bahasa Jawa
Kelas                           : II (Dua)
Semester                      : II (Dua)
Alokasi Waktu            : 1 x 35 menit (1 pertemuan)

A.    Standar Kompetensi
Mendengarkan :
Mampu Mendengarkan dan memahami berbagai wacana lisan melalui mendengarkan pesan, ungkapan, cerita, dongeng, atau percakapan sederhana.

B.     Kompetensi Dasar
      Mendengarkan dongeng

C.    Indikator Pembelajaran
1.      Menjawab pertanyaaan tentang watak tokoh yang terdapat dalam dongeng.
2.      Menceritakan kembali dongeng yang disampaikan dengan bahasa sehari-hari.

D.    Tujuan Pembelajaran
  1. Siswa dapat menjawab pertanyaan tentang watak tokoh yang terdapat dalam dongeng.
  2. Siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang disampaikan dengan bahasanya sendiri.
  3. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isi dongeng.

v  Karakter yang diharapkan
a.       Disiplin
b.      Kreatif
c.       Semangat
d.      Tanggung jawab
e.       Peduli sosial

E.     Pendekatan dan Metode Pembelajaran
  1. Terpadu dan Tematik.
  2. Belajar sambil bermain.
  3. Student Active Learning (SAL).
                                                                                                
F.     Materi Ajar
Kancil lan Keyong

Wayah esuk Kancil mlaku ana sapinggire kali.
Kancil weruh keyong
Kancil celathu marang keyong.
Keyong kowe lagi padha ngapa?

Keyong wangsulan.
Aku lagi thenguk-thenguk, arep ngapa cil.
Tetandhing balapan mlayu wani ora?
Keyong sakancane padha wangsulan ayo.
Kancil lan keyong balapan.
Kancil kemethus marga rumangsa wis tekan papane dhisik
Bareng mandheng kancil mlongo.
Keyong wis ana ing ngarepe.
Keyong celathu piye, Cil, disik aku apa kowe?

Kancil kisinan kancil kalah karo keyong.
Keyong menang amarga keyong padha baris ing sapinggire kali.

G.    Langkah-langkah Kegiatan      
  1. Kegiatan Awal (5 Menit)
a. Membuka dengan salam kemudian berdoa.
b.Guru melakukan presensi.
c. Guru bertanya kepada siswa ”Sopo sing sering di dongengke bapak utawa ibuk’e sak  durunge turu?”
d.                  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

  1. Kegiatan Inti (20 Menit)
a.       Eksplorasi
Guru membacakan sebuah dongeng.
b.      Elaborasi
-          Guru menunjuk beberapa siswa maju ke depan untuk membacakan dongeng.
-          Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai isi dongeng.
-          Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali dongeng tersebut dengan bahasanya sendiri.
c.       Konfirmasi
Guru memberi penguatan sekaligus meluruskan kesalahpahaman atas cerita murid dalam kegiatan elaborasi.

  1. Kegiatan Penutup (10 Menit)
-          Guru bersama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran secara lisan.
-          Guru memberikan tindak lanjut berupa latihan soal kepada siswa.
-          Guru membimbing siswa mengumpulkan jawaban dari latihan soal.
-          Guru bersama-sama dengan siswa memaknai pembelajaran dengan mengaitkan pada kehidupan sehari-hari.
-          Guru menutup pembelajaran

H.    Sumber / Bahan Belajar
-          Buku  Kulina Basa Jawa 2 halaman 78.

I.       Penilaian
Teknik Penilaian              :           Tes Tertulis.

Wangsulono pitakon-pitakon ing ngisor iki!
1.      Sebutke sopo wae tokoh uga sifat kang di nduwenikang  ono ing dongeng Kancil lan Kenyong uga!
2.      Wayah apa kancil mlaku ono sak pinggire kali?
3.      Kancil ngajak tetandingan opo marang si kenyong ?
4.      Kenopo kancil kemethus?
5.      Sopo sing menang ning tetandingan mau?

Kunci jawaban
1.      Kancil nduweni watak sombong lan keong nduweni watak cerdik.
2.      Wayah esuk.
3.      Kancil ngajak tanding mlayu marang keong.
4.      Amarga rumangsa wis tekan papane dhisik.
5.      Keong

Prosedur penilaian
Nilai          =  jumlah benar x 20
                        =  5 x 20
= 100
       



Mengetahui,                                                   Purwodadi, 9 Desember 2012

Kepala Sekolah                                                     Guru Bahasa Jawa




____________________                                      ____________________
NIP.                                                                      NIP.
.
Read More >>

Identifikasi


IDENTIFIKASI

A.    Pengertian Identifikasi

Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali. Dalam buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).
Sebagai seorang guru di Sekolah Dasar tentu diharapkan memiliki pemahaman dan kepekaan terhadap kondisi masing-masing siswa sebagai muridnya. Perkembangan dan belajar dan kemajuan belajarnya yang dapat dideteksi setiap saat selama proses kegiatan pembelajaran sekolah berlangsung. Disini peran guru, khususnya guru kelas sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Umumnya guru memiliki catatan atau rekaman tentang perkembangan masing-masing siswa, bagaimana kondisinya dan kebutuhan pendidikan apa yang diperlukan, terlebih untuk anak-anak berkebutuhan lebih. Apabila hal itu belum dimiliki, maka untuk mengenali anak-anak berkebutuhan khusus dapat dimulai dengan melakukan identifikasi.         
Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. dalam komptemporer, (1985 : 921) dijelaskan bahwa yang dimaksud identifikasi adalah:
(1) pengenalan
(2) penyamaan

(3) tanda bukti pengenal

Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui, apakah pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau mengalami kelainan/penyimpangan.Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong: (1) Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan; (2) Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran; (3) Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan); (4) Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa; (5) Tunagrahita; (6) Anak lamban belajar; (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia); (8) Anak yang mengalami gangguan komunikasi; dan (9) Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen, bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.

Ada anak-anak yang dengan mudah dapat dikenali sebagai anak berkebutuhan khusus, tetapi juga ada yang membutuhkan pendekatan dan peralatan khusus untuk menentukan, bahwa anak tersebut tergolong  anak berkebutuhan khusus. anak-anak yang mengalami kelainan fisik misalnya,  dapat dikenali dengan keberadaanyaa, sebaliknya untuk anak-anak yang mengalami kelainan dalam segi intelektual maupun emosional memerlukan instrument dan alasan yang rasional untuk dapat menentukan keberadaannya.

      Pengamatan yang seksama mengenai kondisi dan perkembangan anak sangat diperlukan dalam identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah oleh guru, dan ini dapat dilakukan guru setiap saat. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap, maka usaha identifikasi perlu dilakukan dengan berbagai cara, selain melakukan pengamatan secara seksama, perlu juga dilakukan wawancara dengan orangtua ataupun keluarga lainnya. Informasi yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menemukenali dan menentukan anak-anak berkebutuhan khusus.
B.     Ruang Lingkup
Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar, berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik ada pada seorang anak, yang mencakup kondisi fisik, kemampuan intelektual, maupun komunikasi, maupun sosial emosional.
v  Kondisi fisik
Mencakup keberadaan kondisi fisik secara umum (anggota tubuh) dan kondisi indera seorang anak, baik secara organik maupun fungsional, dalam artian apakah kondisi yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak, misalnya apakah ada kelainan mata yang mempengaruhui fungsi penglihatan. Ini juga mencakup mekanisme gerak-gerak motorik seperti berjalan, duduk, menulis, menggambar, atau lainnya
v  .Kemampuan intelektual
Dalam konteks ini adalah kemampuan anak untuk melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah. Kesanggupan mengikuti berbagai pelajaran akademik yang diberikan guru, seperti pelajaran bahasa dan matematika ( mengitung, membedakan bentuk,dsb).
v  Kemampuan komunikasi
Kesanggupan seorang anak dalam memahami  dan mengepresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya, baik secara lisan atau ucapan maupun tulisan.
v  Sosial emosial
Mencakup aktivitas sosial yang dilakukan seorang anak dalam kegitan interaksinya dengan teman-teman ataupun dengan gurunya serta perilaku yang ditampilkan dalam pergaulan kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan lainnya.

C.    Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
  1.  Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (AI AKB) terlampir. Pada tahap ini identifiksi berfungsi menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong anak dengan kebutuhan khusus.

  1. Pengalihtanganan (referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang tidak perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai.

Kedua, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan/atau therapis, baru kemudian ditangani oleh guru.Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referral). Jika tenaga professional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan bantuan ke tenaga lain yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau Konselor.

  1. Klasifikasi      
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak yang telah dirujuk ke tenaga professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.Apabila berdasar pemeriksaan tenaga professional ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya pengobatan, therapy, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan/atau memberi therapy, melainkan sekedar meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus.
Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana anak dengan kebutuhan khusus yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
  1. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak dengan kebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain. Mengenai program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku yang lain tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusi.


  1. Pemantauan kemajuan Belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau lagi beberapa aspek yang berkaitan. Misalnya apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, Program Pembelajaran Individual (PPI) yang kita susun sesuai atau tidak, bimbingan belajar khusus yang kita berikan sesuai atau tidak, dan seterusnya.
Sebaliknya, apabila dengan program khusus yang diberikan, anak mengalami kemajuan yang cukup signifikan maka program tersebut perlu diteruskan sambil memperbaiki/menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada.

D.    Pelaksanaan Identifikasi
1.       Sasaran Identifikasi
Secara umum sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional), sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah:
a.       Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
b.      Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
c.       Anak yang belum/tidak bersekolah karena orangtuanya merasa anaknya tergolong anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya; sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya
d.      Anak yang drop-out Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.

2.      Petugas Identifikas
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
a.       Guru kelas
b.      Orang tua anak; dan/atau
c.       Tenaga professional terkait

3.      Alat Identifikasi
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Contoh alat identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam rangka menemukenali anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus, antara lain sebagai berikut :
a.    Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD/MI.. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema belajar.

        Informasi mengenai perkembangan anak sangat penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita, perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.Riwayat masa kehamilan dan kelahiran meliputi perkembangan masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam kandungan, proses kelahiran, tempat kelahiran, penolong persalinan, gangguan pada saat proses kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan tanda-tanda kelainan pada bayi.

        Perkembangan masa balita sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai lama menyusu ibunya, usia akhir minum susu kaleng, kegiatan imunisasi, penimbangan, kualitas dan kuantitas makanan pada masa balita, kesulitan makan yang dialami, dan sebagainya.

Perkembangan fisik diperlukan terutama data mengenai kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan, naik sepeda roda tiga, naik sepeda roda dua, berbicara Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang nampak pada siswa) dengan menggunakan Alat Identifikasi Anak dengan kebutuhan khusus (AI ALB). kalimat lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi balita, dan riwayat kesehatan.
       
b.      Data orang tua/wali siswa
      Data orang tua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas orang tua/wali, hubungan orang tua-anak, data sosial ekonomi orang tua, serta tanggungan dan tanggapan orang tua/ keluarga terhadap anak. Identitas orang tua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas ibu, misalnya umur, agama, status, pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal.

Hubungan orang tua-anak menggambarkan sejauh mana intensitas komunikasi antara orang tua dan anak. Misalnya apakah kedua orang tua satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh salah satu orang tua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar anak.

c.       Informasi mengenai profil kelainan anak
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Survei terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari 6,0 (enam, nol), ditemukan bahwa 71,8% mengalami disgrafia, 66,8% disleksia, 62,2% diskalkulia, juga 33% mengalami gangguan emosi dan perilaku, 31% gangguan komunikasi, 7,9% cacat / kelainan anggota tubuh, 6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan penglihatan, dan 2% gangguan pendengaran (Balitbang, 1996).
Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa (jika ada) perlu diketahui guru. Kadang-kadang adanya kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi salah satu faktor timbulnya problema belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.
E.      Teknik Identifikasi
Beberapa teknik identifikasi secara umum, yang memungkinkan bagi guru-guru untuk melakukannya sendiri di sekolah , yaitu: wawancara; tes psikologi; dan tes buatan sendiri. Secara lebih jelas keempat teknik tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Observasi
Merupakan teknik identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas atau sekolah secara sistematis.  Observasi dapat dilakukan secar langsung ataupun tidak lansung, dalam arti melakukan observasi secara langsung terhadap obyek atau siswa dalam lingkungan yang wajar, apa adanya dalam aktivitas kesehariannya. Observasi tidak langsung, dilakukan dengan menciptakan kondisi yang diinginkan untuk observasi, mnisalnya anak diminta untuk melakukan sesuatu, bebicara, menulis, membaca, atau lainnya untuk selanjutnya diamati dan dicatat hasilnya. Obsevasi dapat dilakukan secara partisipan dalam artian apabila orang yang melakukan observasi turut mengambil bagian yang diobservasi. Dan nonpartisipan, apabila orang yang melakukan observasi berada diluar situasi yang sedang diobservasi, ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi anak yang diobservasi.

2.      Wawancara
Merupakan teknik untuk mempoeroleh informasi mengenai keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus, dalam upaya melakukan identifikasi. Dapat menggunakan meteri instrumen observasi sebagai paduan dalam melakukan wawancara. Hal ini kan mempermudah bagi guru dalam memfokuskan informasi yang ingin diperoleh., juga dapat mengembangkan instrumen sebagai panduan dalam wawancara sesuai dengan tujuan yang lebioh spesisif yang ingin diperoleh informasinya, yang mungkin dapat melengkapi data observasi.

3.      Tes
Merupakan suatu cara utuk melakukan penilaian yang berupa suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak, yang akan menghasilkan suatu nilai tentang kemampuan atau perilaku anak yang bersangkutan. Bentuk tes berupa suatu tugas yang berisi pertanyaan-pertanyaa atau perintah-perintah yang harus dikerjakan anak, untuk selanjutnya dinilai hasilnya.
Melalu tes ini guru akan memperoleh informasi pendukung dalam menafsirkan keberadaan seorang anak, apakah berkebutuhan khusus atau tidak.

4.      Tes psikologi
Jenis tes ini memiliki kelebihan dibanding dengan tes lainnya, karena akurasi yang lebih baik dibanding tes buatan guru. Selain waktu pelaksanaan yang lebih singkat, melalui tes psikologi juga dapat diprediksikan apa-apa yang akan terjadi dalam belajar anak di tahapan berikutnya. Untuk melihat tingkat kecerdasan seorang anak, tes psikologi merupakan salah satu instrumen yang lebih obyektif dan validitasnya telah teruji. Jenis tes psikologi yang digunakan untuk melihat aspek kepribadian atau perilaku seseorang.
Identifikasi merupan langkah awal yang dilakukan guru dalam memberikan layanan yang sesuai bagi anak-anak berkebutuhan khusus. 
Read More >>
animasi  bergerak gif

Sekarang Menunjukkan Jam