RSS

Jumat, 07 Desember 2012

Kepribadian Guru


Kepribadian guru ternyata mempunyai banyak kesamaan mengenai gambaran orang pada umumnya tentang guru, sehingga terbentuklah strereotype  guru. Walaupun gambaran tentang guru tidak lengkap dan mungkin juga tidak seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotype guru itu. Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang memandang  guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai intelegensi tinggi. Orang yang ber-IQ tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam kenyataan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan tugas dengan baik sebagai Jenderal, Gurbernur, Menteri Duta Besar, Bupati atau Camat, juga sebagi usahawan, seniman, pengarang, dan sebagainya. Walaupun demikian orang tetap berpegang pada stereotype.
Guru memang tak ada lainnya dengan pekerjaan lain. Guru wanita bila dibandingkan dengan gadis atau wanita lain yang bekerja di kantor,  bersifat serius, berpakaian lebih konservatif karena enggan mengikuti mode terbaru, bahkan tak malu menggunakan pakaian yang sama berulang-ulang. Guru lebih kritis terhadap kelakuan orang lain, mungkin telah terbiasa mengecam kelakuan murid. Guru wanita tidak mudah bergaul dengan sembarangan orang. Dalam hiburan seperti menonton bioskop ia membatasi diri dan tak suka berjumpa muridnya di tempat yang sama. Dari percobaan tampak bahwa orang memiliki gambaran stereotype guru yaitu orang yang serius, sadar akan harga diri, bersikap menjaga jarak dengan orang lain.
1.      Perkembangan Pribadi Guru
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan perannya menurut kedudukannya dalam barbagai situasi. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu mendapat kecaman dan harus dielakkannya. Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan dimantapkan dan norma-norma kelakuan akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadian.
Dalam situasi kelas guru mengahadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak atau ibu guru. Berkat kedudukan maka guru didewasakan, di “tuakan” sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi “orang tua”. Orang tua murid akan memandang guru sebagai “partner” yang setaraf kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh guru. Dalam menjalankan peranannya sebagai guru ia lambat laun membentuk
 Kepribadiannya. Ia diperlukan oleh lingkungannya sebagai guru dan ia akan bereaksi sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlukan dan berlaku sebagai guru.
Apa yang terjadi dengan guru juga terdapat pada orang lain yang mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Seorang Bupati, Gurbernur atau Menteri akan diperlakukan oleh lingkungan sosialnya dengan kehormatan yang lebih layak diberikan kepada orang berpangkat tinggi. Berkat perlakuan itu Bupati atau Pejabat tinggi itu akan membentuk kepribadiannya dengan serasi sesuai dengan jabatannya. Dengan cara berbicara, senyum, duduk, berpakaian akan disesuaikan dengan perannyayang lambat laun menjadi ciri kepribadiannya yang mungkin akan melekat pada dirinya sepanjang hidupnya walaupun ia telah meninggalkan jabatannya.
Namun ada pula orang yang hanya berkelakuan menurut jabatannya selama ia menjalankan peranan itu, seperti pegawai kantor, saudagar, supir. Diluar pekerjaannya ia bebas berkelakuan menurut kehendaknya tanpa terikat oleh jabatannya. Akan tetapi  guru diharapkan senantiasa berkelakuan sebagai guru selama 24 jam sehari. Apa saja yang dilakukannya, kapan saja, apakah ia makan direstoran, menonton bioskop, menerima tamu di rumah ia harus senantiasa sadar akan kedudukannya sebagai guru. Ia harus mempertimbangkan film apa yang ditontonnya, direstoran mana ia makan, bagaimana ia harus berpakaian sewaktu menerima tamu.
Kedudukannya sebagi guru akan membatasi kebebasannya dan dapat pula membatasi pergaulannya. Ia tidak akan diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru. Ia akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan guru yang sependirian dengan dia.
a.       Ciri-ciri stereotype
Peranan guru mempengaruhi kelakuannya, karena tuntutan dan harapan masyarakat dari guru banyak persamaannya maka ciri-ciri kepribadian guru juga banyak menunjukan persamaan. Pada umumnya terdapat ciri-ciri pada guru adalah sebagai berikut:
*      Guru tidak memperhatikan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia juga kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda, karena sifat ini ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan suatu masalah.
*      Guru tidak suka diberi pernyataan oleh murid apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
*      Guru pandai menahan diri. Ia sangat berhati-hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan orang lain. Karena itu ia tidak dapat memberikan partisipasi penuh dlam kegiatan sosial.
*      Guru cenderung untuk menjauhkan karena hambatan batin untuk bergaul secara intim dengan orang lain. Orang lain akan sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
*      Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterkaitan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya. Baginya guru yang terhormat dan karena itu ia harus berkelakuan sesuai dengan kedudukannya itu.
*      Guru cenderung untuk bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam diskusi. Sebagai orang yang serba tahu dalam kelas ia akan memperlihatkan sikap yang sama diluar kelas.
*      Guru cenderung bersifat konservatif baik dalam pendiriannya maaupun dalam hal-hal lahiriah seperti mengenai pakaian. Sebagai guru ia bertugas untuk menyampaikan kebudayaan nenek moyang kepada generasi muda dan dengan demikian turut mempertahankan dan mengawetkan kebudayaan.
*      Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru. Seorang memasuki lembaga pendidikan guru sering karena pilihan lain tertutup.
*      Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
*      Guru lebih cenderung untuk mengikuti pimpinan dari pada memberi pimpinan.
*      Guru dipandang kurang agresif dalam menghadapi berbagai masalah.
*      Guru cenderung untuk memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda dari golongan pekerja lainnya. Kecenderungan ini turut menimbulkan stereotype guru.
*      Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa.
Gambaran di atas tentang ciri-ciri guru tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun orang mempunyai suatu bayangan tertentu tentang pribadi guru pada umumnya. Walaupun gambaran itu tidak benar sepenuhnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan gambaran yang ada padanya.
b.      Memilih Jabatan Guru
Memang sukar mencari data yang objektif tentang pribadi calon guru dan alasan untuk memilih pekerjaan sebagai guru. Bila calon-calon guru ditanyakan tentang alasan mereka memilih pekerjaan guru, biasanya mereka menjawab bahwa pilihan itu sesuai dengan cita-cita untuk berbakti kepada nusa dan bangsa mendidik generasi muda. Kita tidak tahu berapa di antara mereka sebenarnya tidak berhasil memasuki perguruan tinggi lain yang lebih mereka prioritaskan. Bila kita tanyakan kepada murid-murid  SMA jarang ada yang ingin menjadi guru.
Memilih jabatan sering tidak dilakukan secara rasional. Lulusan SMA tidak bebas memilih dan memperoleh jurusan atau fakultas menurut keinginan masing-masing. Karena keterbatasan tempat dan banyaknya calon maka seorang menerima apa saja yang diperoleh dan merasa beruntung walaupun tempat itu tidak sesuai dengan keinginan atau bakatnya. Studi khasus yang mendalam perlu dilakukan untuk meneliti riwayat hidup dan motivasi individual myang bersangkutan.
Dalam penelitian tentang latar belakang sosial mereka yang memilih profesi guru ternyata bahwa kebanyakan berasal dari golongan rendah atau menengah rendah seperti anak petani, pegawai daerah, saudagar kecil. Walaupun tidak berarti bahwa semua anak-anak golongan ini akan memilih jabatan sebagai guru.
Profesi keguruan khususnya pada tingkat SD semakin lama semakin banyak dipegang oleh kaum wanita, bahkan di USA atau Jepang  dengan guru tingkat SD selalu dimaksud ibu guru. Lambat laun guru-guru wanita juga mengajar pada tingkat SM bahkan perguruan tinggi. Bila guru terdiri atas kebanyakan kaum wanita seperti di SD maka jabatan guru akan diidentifikasikan dengan pekerjaan wanita sehingga kaum pria akan menjauhinya bila terbuka pekerjaan lain.
Dalam kenyataan dilihat bahwa guru-guru menunjukan kepribadian tertentu sesuai dengan jabatan. Memilih jabatan sesuai bakatnya atau kepribadian guru itu terbentuk selama menjalani pendidikan atau setelah mereka bekerja sebagai guru dan menyelesaikan diri dengan norma-norma kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat.
Di Amerika Serikat ternyata banyak guru khususnya pria yang menggunakan pekerjaan itu sebagai batu loncatan. Juga di negara kita pada saat revolusi banyak kesempatan untuk pindah pekerjaan yang banyak digunakan oleh guru-guru. Mereka yang mendidik sebagai guru, khususnya lulusan IKIP banyak mencari pekerjaan diluar keguruan yang rasanya memberi kepuasan yang lebih besar.
Diatas menujukan pernyataan apakah mereka yang mencari kompensasi atas rasa infentoritas cenderung memilih pekerjaan sebagai guru. Dalam kelas guru memegang posisi yang sangat berkuasa. Ia dapat menegur dan menghukum setiap pelanggaran. Guru pribadi buruk dapat menyalahgunakan kekuasaannya dalam bentuk sadisme yang sangat merugikan anak dan dirinya sendiri, karena itu larangan memberikan hukuman fisik harus dipertahankan. Orang yang mempunyai gangguan mental hendaknya jangan menjadi guru.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan guru bekerja dengan penuh dedikasi dengan menunjukan kesediaan yang tinggi untuk berbakti kepada pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru tidak menonjolkan upah finansial ia juga manusia yang menghadapi keluarganya. Maka sudah selayaknya nasib guru senantiasa mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat.
2.      Ketegangan Dalam Profesi Guru
Setiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan, apakah pekerjaan itu sebagai diplomat, penerbang, sopir, dokter bahkan juga guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu akan tetapi hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu akan tetapi juga tergantung pada orang yang melakukannya. Setiap individu ingin mencari kepuasan dalam pekerjaannya, akan tetapi tak selalu kepuasan itu diperoleh karena ada pengahalangnya. Ketegangan timbul sebagai akibat hambatan untuk mencapai kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya. Sifat ketegangan itu tergantung pada apa yang ingin dicapai seseorang dalam pekerjaannya. Kepuasaan yang dicapai oleh berbagai individu berbeda-beda. Pekerjaan yang memberi kepuasan kepada seseorang belum tentu akan memberi kepuasan bagi orang lain. Apakah menimbulkan dampak ketegangan bagi seseorang mungki juga tidak berpengaruh terhadap orang lain.
Jabatan guru tidak dapat dikatakan menjadi idaman atau panggilan bagi kebanyakan pemuda walaupun tugas mulia, akan tetapi tidak sealu memberikan kepuasan yang dicari orang dalam jabatannnya. Yang diharapakan dari jabatan sebagai guru antara lain:
*      Keuntungan ekonomis, imbalan, finansial, gaji, atau uang. Gaji yang tinggi memberi kesempatan untuk menabung, mendirikan rumah, membiayai pendidikan anak serta pendapatan yang cukup pula akan memeberikan rasa aman untuk masa depan bagi diri sendiri maupun bagi keluarganya.
*      Status kedudukan dalam masyarakat, penghargaan yang meningkatkan harga diri di hadapan orang lain.
*      Otoritas, kewibawaan, kekuasaan atas orang lain, mengatur orang lain, merasa dirinya boss, dapat memerintah orang lain dalam hal ini dengan murid-murid.
*      Status profesional, merasa dirinya memiliki kesanggupan yang khas yang diperoleh berkat pendidikan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Guru sendiri tidak mempunyai gambaran jelas mengenai statusnya ditengah-tengah jabatan lain. Bila ia beranggapan bahwa guru yang melakukan tugas begitu mulia mempunyai kedudukan yang tinggi, mungkin ia akan mengalami ketegangan dan finansial melihat kenyataan bahwa guru itu memang dihormati tetapi tidak diberikan status yang tinggi dibandingkan dengan jabatan lain. Mungkin pertimbangan banyak orang didasarkan aspek finansial dan bukan pada hakekat pekerjaan guru.
Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh persoalan apakah pekerjaan guru dapat diakui sebagai profesi. Tanpa melalui pendidikan keguruan seorang dapat mengajar, hal yang tidak mungkin  terjadi dengan profesi kedokteran atau hukum. Diadakannya Akta V dapat dipandang sebagai pengakuan atas perlunya pendidikan khususnya keguruan agar dapat mengajar dengan bertanggungjawab. Sumber ketegangan guru juga terletak dalam pekerjaan guru di dalam kelas. Pada saat itu guru diuji kemampuannya dalam profesinya kesanggupannya untuk mengatur proses belajar mengajar agar berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid. Gangguan disiplin, kenakalan, kemalasan frustasi bagi guru yang benar-benar melibatkan diri dalam proses itu.
3.      Kedudukan dan peranan guru
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, pengajar, pendidik dan pegawai. Yang utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik yaitu sebagai guru. Berdasarkan kedudukan sebagai guru ia harus menunjukan kelakuan baik  sehingga layak untuk dilihat oleh kalangan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual, dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat khususnya oleh anak didik.
Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kencaman yang lebih tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, korupsi, namun kalau melakukannya maka dianggap sangat serius. Guru akan berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin mengahasilkan anak didik yang mempunyai etika tinggi.
Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasikan norma-norma itu sehingga menjadi bagian dari pribadinya. Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu negara ada pula yang ditentukan oleh norma-norma yang khas berlaku di daerah tertentu menurut adat istiadat yang terdapat di lingkungan itu.
Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Dalam masyarakat kita orang yang lebih tua harus dihormati. Oleh sebab itu guru lebih tua daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak kepada orangtuanya sendiri harus pula diperlihatkannya terhadapat gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat memandang murid sebagai anaknya.
Ada anggapan bahwa dewasa ini rasa hormat anak muda terhadap orangtua semakin menurun.  Erosi kewibawaan orangtua mungkin disebabkan oleh peranan generasi muda dalam revolusi kemerdekaan, oleh pengaruh kebudayaan asing, oleh sikap kritis para pemuda, oleh ketidakmampuan orangtua mempertahankan kedudukan yang dipegangnya sediakala dalam dunia feodalpatriarkal yang sediakala dalam dunia demokrasi industri yang modern. Sebagai pegawai kedudukan guru ditentukan oleh pengalam kerja, golongan, ijazah, dan lama masa kerja.
4.      Peranan guru sehubungan dengan murid
Peranan guru dalam hubungannnya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya yaitu situasi formal dlam proses belajar mengajar dalam kelas dan dalam situasi informal. Dalam situasi formal yaitu, dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas harus sanggup menunjukan kewibaan atau orientasinya, artinya ia harus mampu mengendalikan , mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak untuk belajar, mengerjakan tugasnya bahkan juga mentaati peraturan. Dengan kewibawaan ia menegaskan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar.
Dalam pendidikan kewibawaan merupakan syarat mutlak. Mendidik adalah membimbing anak dalam perkembangannya kearah tujuan pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan. Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin.
Adanya kewibawaan guru dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
*      Anak sendiri mengharapkan guru yang berwibawa yang dapat bertindak tegas untuk menciptakan suasana disiplin dan mereka bersedia mengakui kewibawaan itu. Bila ada guru baru, mereka sering memuji hingga manakah kewibawaan guru tersebut. Mereka lebih senang bila guru dalam pengujian kewibawaan guru itu.
*      Guru dipandang sebagai pengganti orangtua terlebih pada tingkat SD. Bila di rumah anak itu mematuhi ibunya, maka lebih mudah ia menerima dan mengakui kewibawaan guru itu.
*      Pada umumnya setiap orangtua mendidik anaknya agar patuh kepada guru. Bila guru digambarkan sebagai orang yang harus dihormati sebagai orang yang berhak menghukum pelanggaran anak sehingga orangtua senantiasa mendukung guru dalam segala tindakannya maka guru lebih mudah menegakkan kewibawaannya.
*      Guru sendiri dapat memelihara kewibawaan dengan menjaga adanya jarak sosial antara dirinya dengan murid. Kewibawaan akan mudah lenyap bila guru itu terlampau akrab dengan muridnya dan senada gurau dengan mereka. Sekalipun dalam situasi informasi guru harus senantiasa menjaga kedudukannya sebagai guru dan tidak menjadi salah seorang anggota yang sama dengan anak-anak.
*      Guru harus disebut “ibu guru” atau ”bapak guru” dan dengan julukan itu memperoleh kedudukan sebagai orang yang dituakan.
*      Dalam kelas guru tidak duduk atau berdiri di depan murid. Posisi yang menonjol itu memberikannya kedudukan yang lebih tinggi daripada murid yang harus duduk tertib di bangku tertentu. Ia senantiasa mengawasi gerak-gerik murid untuk mengontrol kelakuannya. Sebagai guru ia berhak menyuruh murid untuk melakukan hal-hal menurut keinginannya.
*      Untuk guru sering disediakan ruang guru yang khusus yang tidak boleh dimasuki murid begitu saja.
*      Guru-guru muda yang ingin bergaul dengan murid sebagai kakak dan akan dinasehati oleh guru-guru  tua yang berpengalaman agar menjaga jarak dengan murid dan jangan terlampau rapat dengan mereka.
*      Namun kewibawaan yang sejati diperoleh guru berdasarkan kepribadiaan sendiri. Kepribadiaan diperoleh dengan mewujudkan norma-norma yang tinggi pada diri guru seperti rasa tanggungjawab, yang nyata dalam ketaatan pada waktu, persiapan yang cermat, kerajinan memeriksa pekerjaan murid, kesediaan membimbing dan membantu murid, kesabaran, ketekunan kejujuran.
Kewajiban yang sejati tidak diperoleh dengan menyalahgunakan kekuasaan dengan ancaman akan memberikan nilai rendah bila guru merasa ia kurang dihormati. Sekalipun kedudukan sebagai guru telah memberi kewibawaan formal, namun kewibawaan itu harus lagi didukung oleh kepribadian guru.
Dalam situasi sosial informal guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial, misalnya sewaktu rekreasi, olahraga, berpiknik atau kegiatan lainnya. murid menyukai guru pada waktu demikian dapat bergaul dengan lebih akrab dengan mereka, dapat tertawa dan bermain lepas dari kedok formal. Jadi guru hendaknya dapat menyesuaikan perannya menurut situasi sosial yang dihadapinya. Akan tetapi bergaul dengan murid secara akrab sebagai sahabat dalam situasi didalam kelas akan menimbulkan kesulitan displin bagi murid itu sendiri. Dalam masyarakat kita yang sedikit banyak masih bercorak otoriter-partirkal mungkin sikap demokratis masih belum dapat dijalankan sepenuhnya.
Walaupun guru bertindak otoriter dengan menggunakan wibawanya, namun ia tidak akan dicap sebagai kejam. Guru dapat bertindak tegas bahkan keras namun dapat menjaga jangan sampai menyinggung perasaan dan harga diri muridnya. Ini mungkin selama ia mengecam kesalahan yang dibuat murid agar diperbaiki tanpa menyentuh pribadi anak itu sendiri. Kebanyakan murid-murid akan tetap menyukainya dan memandang sebagai guru yang baik asal ia selalu berusaha memahami murid dan bersedia untuk membantunya.
Pada pihak guru harus bersikap otoriter dapat mengontrol kelakuan murid, dapat menjalankan kekuasaanya untuk menciptakan suasana disiplin demi tercapainya hasil belajar yang baik dan untuk itu ia menjaga adanya jarak dengan murid. Di lain pihak ia harus  dapat menunjukan sikap bersahabat dan dapat bergaul dengan murid dalam suasana yang akrab. Guru yang berpengalaman akan menjalankan perannya menurut situasi sosial yang dihadapi. Kegagalan dalam hal ini akan merusak kedudukannya dalam pandangan murid, kepala sekolah, rekan-rekan guru dan orangtua murid.
5.      Peran guru dalam masyarakat
Peranan guru dalam masyrakat anatara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Di negara kita kedudukan guru sebelum Perang Dunia II sangat terhormat karena hanya mereka yang terpilihn dapat memasuki pendidikan guru. Hingga kini citra guru masih tinggi walaupun sering menurut yang dicita-citakan yang tidak selalu sejalan dengan kenyataan.
Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungan dengan ideal pembangunan bangsa. Dari guru diharapkan agar ia manusia idealistis, namun guru sendiri tak dapat dan tak harus menggunakan pekerjaannya sebagai alat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Walaupun demikian masyarakat tak dapat menerima pekerjaan guru semat-mata sebagai mata pencaharian belaka sejajar dengan pekerjaan tukang kayu atau saudagar. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan bangsa dan masa depan bangsa.
Karena kedudukan yang istimewa itu masyarakat mempunyai harapan yang tinggi tentang peranan guru. Harapan-harapan itu tak dapat diabaikan oleh guru bahkan dapat menjadi norma yang turut menentukan kelakuan guru. Pada umunya guru tidak menentang harapan-harapan masyarakat walaupun pada hakekatnya membatasi kebebasan  mereka. Guru sendiri menerima pembatasan itu sebagai sesutu yang wajar. Pelanggaran oleh guru juga dikecam oleh rekan-rekannya. Mungkin sekali bila mereka yang memasuki lembaga pendididkan guru pada prinsipnya telah menerima norma-norma kelakuan yang ditentukan oleh masyrakat. Guru menerima harapan agar mereka menjadi suri tauladan bagi anak didiknya. Untuk itu guru harus mempunyai moral yang tinggi. Walaupun demikian ada kesan bahwa kedudukan guru makin merosot dibandingkan dengan beberapa puluh tahun yang lalu.
Pada zaman kolonial jumlah guru masih sangat terbatas. Karena pegawai yang menduduki tempat tinggi di kalangan orang indonesia. Kedudukan yang tinggi umumnya dipegang oleh orang Belanda. Setelah kemerdekaan semua jabatan yang dahulu dipegang oelh orang penjajah jatuh ketangan orang indonesia sehingga kedudukan guru relatif merosot. Kepala H.I.S (SD) dahulu pangkat yang sangat tinggi yang hanya diduduki oleh beberapa orang indonesia yang memilki ijazah tertentu yang jarang dapat diperoleh orang indonesia. Sekarang tidak ada lagi memandang kepala SD sebagai orang yang berpangkat tinggi. Lagi pula jumlah guru sangat banyak bertambah dalam usaha pemerataan pendidikan. Medidik guru dalam jumlah yang besar dalam waktu yang sangat cepat dapat menimbulkan masalah dalam pemilihan guru yang baik serta membina kepribadian guru. Namun diharapkan bahwa mereka sepanjang jabatannya sebagai guru berangsur-angsur membina dirinya menjadi guru yang kita harapkan.
6.      Peranan guru dalam hubungannya dengan guru-guru lain dan kepala sekolah
Sebagai pegawai negri dan anggota KORPRI tiap guru harus mentaati segala peraturan kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Bagi guru ini berarti bahwa ia harus hadir pada setiap pelajaran agar tidak merugikan murid. Selain peraturab umum bagi pegawai tiap-tiap sekolah mempunyai peraturan-peraturan khusus tentang berbagai tugas lain yang harus dilakukan oleh guru seperti membantu administrasi sekolah, tugas piket, membimbing kegiatan ekstrakulikuler, menjadi anggota panitia, menjadi wali kelas, dan sebagainya.
Sebagai pengajar ia harus membuat persiapan, memberi, dan memeriksa ulangan, mengabsen murid, mengahadiri rapat guru. Dalam segala tugas kewajiban ia senantiasa di bawah pengawasan kepala sekolah yang harus memberi konduite yang baik agar memperoleh kenaikan tingkat. Dengan sendirinya guru akan mematuhi peraturan dan instruksi dari atasanya.
Berdasarkan kekuasaan yang dipegang oleh kepala sekolah terbuka kemungkinan                    baginya untuk bertindak otoriter. Sikap ini dapat menjelma dalam sikap otoriter guru terhadap murid. Namun pada umumnya guru menginginkan kepala sekolah yang demokratis yang mengambil keputusan berdasarkan  musyawarah, walaupun dalam situasi tertentu diinginkan pimpinan yang berani bertindak tegas dengan penuh otoritas.
Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru terikat oleh norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat menjadi hambatan untuk mencari pergaulan antara sesama rekan dapat memelihara kedudukan dan perannya sebagai guru. Itu sebabnya guru-guru akan membantu cliquenya sendiri.
Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru. PGRI misalnya bersifat profesional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sekalipun juga disebut perbaikan guru. Namun guru-guru pada umumnya kurang dapat menerima perkumpulan guru           sebagai serikat buruh. Mengajar dan mendidik sejak dulu dipandang sebagai profesi kehormatan yang tidak semata-mata ditunjukan kepada keuntungan materill. Memperjuangkan nasib melalui perkumpulan guru dengan menonjolkan soal upah bertentangan dengan hati sanubari guru sekalipun ia turut merasa kesulitan hidup sehari-hari.
Dengan usaha menggunakan perkumpulan guru sebagai alat memperjuangkan perbaikan nasib mungkin dari kalangan kepala sekolah atau mereka yang telah mempunyai kedudukan yang cukup tinggi karena tidak ingin mendapat teguran dari rekan itu. Adanya perkumpulan guru memberi kesempatan bagi guru untuk lebih mengidentifikasikan dirinya dengan profesinya.

0 komentar:

Posting Komentar

animasi  bergerak gif

Sekarang Menunjukkan Jam