ILMU PENDIDIKAN TEORITIS
Ilmu
pendidikan harus dipelajari karena praktek eori tanpa didasari denga teori
tentang pendidikan akan membawa kita pada kemungkinan berbuat kesalahan.Ilmu
pendidikan sebagai teori adalah ilmu
khusus yang mempelajari pendidikan anak hingga mencapai kedewasaan(adulthood).
Sebagai tujuan umum dan akhir atau cita cita (maksud murni) pendidikan.
Pendidikan teoretis adalah cabang teoritik sebagai ilmu dasar dari
pedagogik.Kualitas pendidikan lebih terjamin dalam situasi mendidik pada relasi
mikro inteinsani tatap muka,seperti dalam keluarga persahabatan antara manusia
yang lebih berkedewasaan dan yang kurang berkedewasaan(bukan antara dua anak).
Perbuatan
mendidik bukan merupakan perbuatan sembarangan karena menyangkut kehidupan anak
manusia untuk kehidupan selanjutnya.Prof. Sukun Pribadi (1985) mengemukakan
tiga golongan kesalahan dalam
melaksanakan pendidikan yaitu:
v Kesalahan-kesalahan
tekhnis, artinya kesalahan yang disebabkan oleh kekurangan ketrampilan atau
kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau rinsip-prinsip tertentu.
v Kesalahan-kesalahan
yang bersumber pada struktur kepribadian perilaku pendidik sendiri.
v Kesalahan-kesalahan
yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami
masalah-masalah yang sifatnya teoritis maka perbuatan mendidiknya mempunyai
akibat-akibat yang tidak dapat dibenarkan.
A.Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia,memiliki
lapangan yang luas,ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua
pengalaman dan pemikiran manusia tentang
pendidikan.Antara teori dan prakter pendidikan merupakan dua hal yang tidak
dpat dipisahkan,memiliki hubungan
komplementer(saling melengkapi).Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda) pernah mengemukakan bahwa teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang
istimewa(genius),sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat.
Beberapa
manfaat ilmu pendidikan sebagai teori :
a. Dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan
dicapai
b. memahami
teori pendidikan,seseorang akan
mengetahui mana yang boleh dan yang tidak dilakukan,walaupun teori
tersebut bukan Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
praktek ,karena dengan sutau resep yang jitu.
c. Dapat
dijadikan sebagai tolok ukur,sampai dimana seseorang telah berhasil melaksanakan telah
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B.Pendidikan dalam ruang lingkup
Mikro dan Makro
Pendidikan
dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala kecil dan pendidikan dalm ruang lingkup makro,kita mengkaji pendidikan
yang dilaksanakan dalam skala besar.Pengelompokan kajian pendidikan secara
mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi,yaitu:
1. Manusia
sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Manusia sebagai individu ia hidup bersama-sama di
masyarakat,hidup bersama dengan orang banyak di luar dirinya.Individu tak mungkin berkembang dengan
sebaik-baiknya,bahkan individu tak
mungkin hidup tanpa bantuan dan hidup
bersama dengan orang lai. Havigursi mengatakan bahwa manusia tidak akan
menjadi manusia kalau ia tidak hidup
bersama dengan dan dalam masyarakat.
a. Pendidikan
individu
Pendidikan dalam ruang
lingkup mikro,hal ini terytama terjai dalam lingkungan keluarga,sejak anak
berada dalam kandungan sampai dengan ia belajar di sekolah.
b. Pendidikan
kelompok
Alasan penyelenggaraan
pendidikan sekoalh yang disebut pendidikan formal baik oleh pemerintah maupun
swasta sebagai berikut:
v Orang
tua kurang mampu memberikan pendidikan ,karena pendididkan formal disekolah
membutuhkan banyak tenaga ahli yang khusus dididik untuk hal itu. Lebih-lebih
bila telah diperinci mengenai jenis pelajaran ketrampilan.
v Pendidikan
sekolah relative lebih mahal dibandingkan
dengan pendidikan keluarga karena mempergunakan tenaga ahli beserta
alat-alat pendidikan yang diperlukan.
v Dengan
menghimpun anak-anak dalam satu kelas(dengan system kenaikan kelas dalam
kesatuan organisasi) kesukaran tersebut dapat diatasi.
Pendidikan Mikro dan
makro dilihat dari Tanggung Jawab Pendidikan.
a. Tanggung
Jawab Keluarga
Pendidikan dalam arti
khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang
belum dewasa mencapai untuk mencapai
kedewasaanya.
b. Tanggung
jawab bersama Pendidikan dalam arti luas berlangsung sepanjang hayat, berusaha
untuk meningkatkataraf hidup manusia. Pendidikan dalam arti luas merupakan
tanggung jawab bersama dari semua
pihak,yaitu keluarga masyarakat dan pemerintah sesuai undang-undang no
20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (pasal 7-11).
Ilmu pendidikan sebagai ilmu teoretis dan praktis
a. Memiliki objek material dan objek formal
Objek material ilmu
pendidikan berupa perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam
masyarakat tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan,tetapi juga oleh psikologi,sosiologi
dan antropologi
c. Memiliki
sistematika
Secara teoretis sistematika ilmu pendidikan dibagi 3 tinjauan:
·
Pendidikan sebagai fenomena manusiawi
·
Pendidikan sebagai upaya sadar
·
Pendiidkan sebagai gejala manusiawi dan
upaya sadar untuk mengantisipasi perkembangan social-budaya masa depan.
c.Memiliki metode
Menurut
Soedomo(1990:46_47),motede yang dipakai dalam ilmu pendidikan meliputi:
·
Metode Normatif yaitu metode penentuan konsep manusia yang
diidealkan oleh pendidikan,menyangkut nilai baik dan buruk.
·
Metode Eksplanatori yaitu metode untuk
mengetahui kondisi dan kekuatan yang memengaruhi keberhasilan proses
pendidikan.
·
Metode Teknologis yaitu metode yang
berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai tujuan.
·
Metode Deskriptif- Fenomenologis yaitu
metode untuk mengurai dan menklarifikasi kenyataan-kenyataan pendidikan secara konkret dan historis agar
makna dan struktur kegiatan pendidikan menjadi jelas.
·
Metode Analisis Kritis yaitu metode yang
digunakan untuk menganalisis secara kritis
istilah-istilah,peryataan-pernyataan,konsep,dan teori pendidikan.
3.
Pedagogik Teoretis
Pedagogik teoretis adalah ilmu
mendidik sebagai cabang ilmu yang melaksanakan misi terpadu antara pendekatan
fisafat pendidikan dan ilmu pendidikan
empirik.Pedagogik teoretis tumbuh sebagai bentuk ilmu pendidikan paling baru
dan menyempurnakan teori-teori dalam pendidikan bagi perbaikan kualitas penghayatan pendidikan
atas dasar eratnya keterkaitan dari esensi
kehidupan manusia dalam hakekat pendidikan.
a.
Esensi
Pendidikan
Pendidikan sebagia fenomen mendidik dan terdidik secara
empirik, cara pendekatan empirik ini berbeda dari cara penghampiran
kefilsafatan yang bersifat reflektif-spekulatif dan menerapkan asumsi atau
perangkat aksioma tertentu secara metafisik,epistemologik dan aksiologik. Adapun gejala dan upaya
pendididkan timbil sebagai gejala perilaku dan upaya manusia diatas perilaku individual-sosial
memenuhi kebutuhan dasar-primer bertahn hidup,sebagai bagian kegiatan untuk
meningkatkan kehidupan agar lebih bermakna/bernilai.
Pendidikan dimulai di
keluarga atas anak yang belum mandiri dan diperluas di lingkungan
tetangga/komunitas sekitar.Pendidikan dalam arti mendidik dimulai dalam relasi
pergaulan manusia,termasuk kualitas
belajar dan mendidik diri sendiri sebagai humanisasi dalam interaksi internal
menjadi dasar dari relasi pendidikan dan
interaksi dalam arti luas(hominisasi dan humanisasi) seperti di lembaga sekolah
dan pendidikan non-formal dalam masyarakat,agar terpelihara mutunya dan tidak
kehilangan kualitas relasi antara manusia
sebagai sesame subjek pendidikan.
Ciri-ciri anak
sampai remaja di usia krisis-puber,menurut dedologi(dulu) dan antropologi anak(
kinathropologie,kinderanthropologie,anthropologie des kindes) mempunyai
karakteristik Sebagai berikut:
1.
Setiap anak lahir dalam keadaan tidak
berdaya.
2.
Anak tidak ada yang langsung dewasa
bahkan anak manusia ,alki-laki dan perempuan mengalami masa muda dan
perkembangan paling lama dibandingkan jenis makhluk lainya sebelum terwujud
manusia multidimensi.
3.
Anak sampai usia rata-rata 3,5 tahun
mulai memahami bahasa
4.
Anak usia 4 tahun belum menemukan
perbedaan dirinya dari orang lain sehingga belum ada saling pengertian dan
penghargaan.
Menurut
Langeveld Lingkungan social-budaya sebagai konteks pendidikan anak manusia
dibedakan menjadi 3 yakni:
1. Semua
bangsa mempunyai system nilai budaya sendiri sekalipun terdapat jenis
perbedaan(bangsa,etnik,Negara)
2. Keragaman
kebudayaan dan kultur social menimbulkan ragam bentuk kedewasaan sebagai esensi
tujuan pendidikan sehingga tak mungkin terdapat perkembangan anak lengkap
menjadi manusia normative dengan sendirinya.
3. Perubahan
social budaya kontemporer sejak era globalisasi/teknologi informasi dan otonomi
daerah.
Dua
ciri perbuatan mendidik yang relative mudah diamati(Langeveld:1944)
1. Dalam
pergaulan demikian manusia berupaya mempengaruhi orang lain
2. Bahwa
pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang telah melewati masa muda
b.
Unsur-unsur
situasi mendidik atas dasar fenomen pergaulan interinsani
Tugas pedagogik
teoretis atau ilmu mendidik sistematis ialah menganalisis dan menyusun
persoalan sekitar “upaya mendidik” secara sistematis untuk menguraikan pokok
ilmunya secara teratur sebagai kebulatan holistik.Unsur-unsur yang mendukung
munculnya perbuatan mendidik untuk menciptakan suasana belajar/situasi
pendidikan (dalam bentuk mikro) adalah sebagai berikut:
1.
Kehadiran anak sebagai faktor manusia
yang ingin dewasa
2.
Keberadaan orang dewasa sebagai manusia
yang harus mendidik
3.
Relasi kemanusiaan tertentu antara orang
dewasa dengan anak dan pihak lain.
4.
Sebagai tempat penerapan hubungan
kewibawaan pendidikan.
5.
Tindakan pendidikan dan proses mendidik.
6.
Tujuan pendidikan atas dasar regenerasi
kemanusiaan dan system nilai.
Lima perangkat kombinasi unsure-unsur
dalam bentuk pendidikan makro(dalam arti luas) yaitu sebagai berikut:
1. Keharusan,kemungkinan
dan batas pendidikan atas dasar hakekat manusia.
2. Lingkungan
dan organ lembaga pendidikan termasuk keluarga(bersifat informal dan berlingkup mikro dengan
kurikulum tersembunyi) dan Negara (bersifat legal-formal,berlingkup makro yang
berwenang menyelenggarakan persekolahan dan lembaga pendidikan lainya secara
makro dengan kurikulum formal dan
non-formal).
3. Agenda
kegiatan dari kelembagaan nitu,termasuk tetapi di lingkungan persekolahaan
tidfak sebatas kurikulum dan pengajaran.
4. Organisasi,administrasi
dan supervise pendidikan.
5. Struktur
sosio-budaya dalam bentuk makro dan mikro
Pendidikan
dan terdidik dalam situasi pendidikan.
Unsur pendidikan
menyatu dalam situasi pendidikan yang intinya terpadu dalam situasi pendiidkan
bentuk mikro.tanpa pendidik maka kedewasaan sebagi tujuan pada hakekatnya
berada diluar pendidikan itu sendiri.Orang dewasa adalah bagian dari situasi
mendidik maka ia dapat menganalisa situasi itu dengan berintrospeksi refleksi
asalkan tanpa pertimbangan ,akan diketahui dan dihayatinya,bahwa dalam
keseluruhan situasi pergaulan itu:
·
Pergaulan adalah tempat orang dewasa dan
anak yang belum dewasa berlaku sebagai sahabat/teman karena si orang dewasa
memperlakukanya demikian.
·
Situasi pergaulan meliputi tiga bagian
yaitu dunia bersama,dunia orang dewasa,dunia anak.
·
Bagian dunia orang dewasa yang bermakna
/berarti bagi anak ialah kesediaan orang dewasa menjadi teman,sebaliknya dunia
anak yang berarti bagi orang dewasa ialah keinginan anak tumbuh kearah
kemandirian.
c.
Kedewasaan
sebagai tujuan umum pendidikan
Proses mendidik
atau situasi pendidikan mempunyai tujuan khusus yang terbatas yaitu tujuan insidential atau aksidential yamg
merupakan bagian dari proses atau
situasi yang khusus.
Ciri-ciri kedewasaan
sebagai kualitas normatif:
1. Kedewasaan
itu bersifat statis,tertutup berhubung
telah mencapai suatu status terpadu dalam perkembangan secara individual,social
dan moral.
2. Bertanggung
jawab tentang diri sendiri sehingga mampu menyelaraskan kepentingan individual
dengan tanggung jawab social
3. Individu
sebagai pribadi menyadari stabilitas atau kestabilannya sehingga mampu
mengapresiasi perbedaan pendapat dengan orang lain dan cenderung konsisten
mendahulukan penyelesaian pertentangan social dengan cara-cara damai dan
sedapat mungkit tanpa kekerasan termasuk pertentangan atau konflik yang
melibatkan kepentingan pribadinya.
4. Bersedia
diuji(diadili) dalam pergaulan hidup atas dasar kemampuannya mendalami dan
m,enghayati”pilihan tindakan moral” sesuai dengan harkat kemanusiaan.
5. Turut
secara konstruktif dalam pergaulan hidup karena kepedulian dan apresiasi juga atas kesejahteraan orang
lain tanpa merugikan kesejahteraan dan kepentingan sendiri.
6. Mencapai
norma-norma secara pribadi atas dasar berkembangnya kemampuan memahami dan
mengolah norma-norma dari luar dan dari masyarakat sebelum dijadikan norma yang
bermakna otonom secara pribadi.
Merujuk kepada
Henderson(1949) kebajikan adalah jenis tindakan yang didasari perkembangan
watak morakl,adapun tiga tahapan perkembangan watak moral sebelum tumbuhnya kesadaran dan keinsyafannya
atas standar perilaku yang relevan dengan peningkatan kesejahteraan umum,ialah:
·
Pengetahuan intelektual tentang apa yang
baik dan apa yang tidak baik.
·
Sikap kecintaan emosional pada apa yang
baik dan kebencian kepada apa yang tiodak baik.
·
Kebiasaan dan ketrampilan berbuat baik.
Dalam
bentuk mikro(Langeveld:1994.1974) mengelompokan perbuatan mendidik yang
bermakna,dalam 5 kategori konseptual hierarkis yaitu:
1. Perlindungan
agar anak/kelompok terdidik tidak rugi atau merugikan diri
2. Sendiri
dan menjadikan pendidikan sebagai kelahiran insane yaitu kelanjutan kelahiran
biologis.
3. Kesepahaman
dalam sikap antara pendidik yang menjadi contoh dan peserta didik yang
memerlukan /mengerti teladan/tuntunan.
4. Kesamaan
arah/harmoni dalam pikiran dan perbuatan yaitu assimilasi oleh pendidik dan
konfirmasi oleh peserta didik sebagai imbalanya.
5. Perasaan
bersatu/kerukunan yaitu peserta didik
difasilitasi dalam humanisasi agar merasakan/menghayati motivasi pendidik dan
kepuasan afektif bahkan kerelaan tokoh-tokoh dalam bertindak.
6. Mendidik
pribadi sendiri dalam proses sendiri dalam proses akhir hominisasi dengan
mengikutsertakan /keteurutsertaan sendiri berhumanisasi dalam alam makna/nilai
masyarakat orang dewasa.
d.
Implikasi
Teoretik dan praktis
Kekurangan minat
untuk mengembangkan ilmu mendidik(pedagogik teoretis) atau condong kepada pedagogic praktis namun
analisis antropologi anak lebih memenuhi kebutuhan pendidikan dari pada
penerapan ilmu-ilmu social ataupun psikologi/biologi/fisiologi.sebabnya ialah karena
ilmu-ilmu social menganalisis perilaku dalam hubungan kemasyarakatan,atau
psikologi yang mengutamakan penelitian perilaku individu sebagai makhluk
organis dan biologis. Filsafat pendidikan tidak mempengaruhi hak pedagogik
untuk menjadi ilmu yang otonom. Sedangkan perluasan pedagogic praktis lebih
memperjelas kebutuhan prakterk pendidikan atas ilmu yang mempelajari”persoalan
mendasar tentang kualitas mendidik dan
relevansinya dengan belajar aktif”. Kekurangan peminat ,penelitian mempengaruhi
kekuatan pedagogic bukan sifat keilmuanya,bukan mematiakan(Langeveld,1974).
Mendidik sebagai
esensi pendidikan ialah upaya bantuan edukatif dalam suasana/relasi pergaulan
manusia dewasa dengan anak sebagai sesame subjek,tempat diman satu pihak
membantu pihak kedua dalam aktivitas belajarnya agar mampu mencapai
kemungkinan-kemungkinan pada konteks sosio-budaya sekitarnya,mak esensi
pendidikan tidak hanya bersifat transmisi nilai-nilai budaya melainkan
diimbangi dengan tuntunan perkembangan
individu yang sekaligus bersifat individual dan moral.
0 komentar:
Posting Komentar