RSS

Minggu, 19 Mei 2013

Ilmu Pendidikan Teoritis


ILMU PENDIDIKAN TEORITIS

Ilmu pendidikan harus dipelajari karena praktek eori tanpa didasari denga teori tentang pendidikan akan membawa kita pada kemungkinan berbuat kesalahan.Ilmu pendidikan sebagai teori adalah ilmu khusus yang mempelajari pendidikan anak hingga mencapai kedewasaan(adulthood). Sebagai tujuan umum dan akhir atau cita cita (maksud murni) pendidikan. Pendidikan teoretis adalah cabang teoritik sebagai ilmu dasar dari pedagogik.Kualitas pendidikan lebih terjamin dalam situasi mendidik pada relasi mikro inteinsani tatap muka,seperti dalam keluarga persahabatan antara manusia yang lebih berkedewasaan dan yang kurang berkedewasaan(bukan antara dua anak).
Perbuatan mendidik bukan merupakan perbuatan sembarangan karena menyangkut kehidupan anak manusia untuk kehidupan selanjutnya.Prof. Sukun Pribadi (1985) mengemukakan tiga  golongan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan yaitu:
v  Kesalahan-kesalahan tekhnis, artinya kesalahan yang disebabkan oleh kekurangan ketrampilan atau kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau rinsip-prinsip tertentu.
v  Kesalahan-kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian perilaku pendidik sendiri.
v  Kesalahan-kesalahan yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami masalah-masalah yang sifatnya teoritis maka perbuatan mendidiknya mempunyai akibat-akibat yang tidak dapat dibenarkan.

A.Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia,memiliki lapangan yang luas,ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman  dan pemikiran manusia tentang pendidikan.Antara teori dan prakter pendidikan merupakan dua hal yang tidak dpat dipisahkan,memiliki  hubungan komplementer(saling melengkapi).Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda) pernah mengemukakan bahwa teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang istimewa(genius),sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat.
Beberapa manfaat ilmu pendidikan sebagai teori :
a.       Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan dicapai
b.      memahami teori pendidikan,seseorang akan   mengetahui mana yang boleh dan yang tidak dilakukan,walaupun teori tersebut bukan Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek ,karena dengan sutau resep yang jitu.
c.       Dapat dijadikan sebagai tolok ukur,sampai dimana seseorang   telah berhasil melaksanakan telah melaksanakan tugas  dalam pendidikan.

B.Pendidikan dalam ruang lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil dan pendidikan dalm ruang lingkup makro,kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar.Pengelompokan kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi,yaitu:
1.      Manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Manusia sebagai individu ia hidup bersama-sama di masyarakat,hidup bersama dengan orang banyak di luar dirinya.Individu  tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya,bahkan individu  tak mungkin hidup tanpa bantuan  dan hidup bersama dengan orang lai. Havigursi mengatakan bahwa manusia tidak akan menjadi  manusia kalau ia tidak hidup bersama dengan  dan dalam masyarakat.
a.       Pendidikan individu
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro,hal ini terytama terjai dalam lingkungan keluarga,sejak anak berada dalam kandungan sampai dengan ia belajar di sekolah.
b.      Pendidikan kelompok
Alasan penyelenggaraan pendidikan sekoalh yang disebut pendidikan formal baik oleh pemerintah maupun swasta sebagai berikut:
v  Orang tua kurang mampu memberikan pendidikan ,karena pendididkan formal disekolah membutuhkan banyak tenaga ahli yang khusus dididik untuk hal itu. Lebih-lebih bila telah diperinci mengenai jenis pelajaran ketrampilan.
v  Pendidikan sekolah relative lebih mahal dibandingkan  dengan pendidikan keluarga karena mempergunakan tenaga ahli beserta alat-alat pendidikan yang diperlukan.
v  Dengan menghimpun anak-anak dalam satu kelas(dengan system kenaikan kelas dalam kesatuan organisasi) kesukaran tersebut dapat diatasi.
Pendidikan Mikro dan makro dilihat dari Tanggung Jawab Pendidikan.
a.       Tanggung Jawab Keluarga
Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa mencapai  untuk mencapai kedewasaanya.
b.      Tanggung jawab bersama Pendidikan dalam arti luas berlangsung sepanjang hayat, berusaha untuk meningkatkataraf hidup manusia. Pendidikan dalam arti luas merupakan tanggung jawab bersama dari semua  pihak,yaitu keluarga masyarakat dan pemerintah sesuai undang-undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (pasal 7-11).
 Ilmu pendidikan sebagai  ilmu teoretis dan praktis
 a.  Memiliki objek material dan objek formal
Objek material ilmu pendidikan berupa perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan,tetapi juga oleh psikologi,sosiologi dan antropologi
c.       Memiliki sistematika
  Secara teoretis sistematika  ilmu pendidikan dibagi 3 tinjauan:
·         Pendidikan sebagai fenomena manusiawi
·         Pendidikan sebagai upaya sadar
·         Pendiidkan sebagai gejala manusiawi dan upaya sadar untuk mengantisipasi perkembangan social-budaya masa depan.
c.Memiliki metode
Menurut Soedomo(1990:46_47),motede yang dipakai dalam ilmu pendidikan meliputi:
·         Metode Normatif yaitu  metode penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendidikan,menyangkut nilai baik dan buruk.
·         Metode Eksplanatori yaitu metode untuk mengetahui kondisi dan kekuatan yang memengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
·         Metode Teknologis yaitu metode yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai tujuan.
·         Metode Deskriptif- Fenomenologis yaitu metode untuk mengurai dan menklarifikasi kenyataan-kenyataan  pendidikan secara konkret dan historis agar makna dan struktur kegiatan pendidikan menjadi jelas.
·         Metode Analisis Kritis yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis secara kritis istilah-istilah,peryataan-pernyataan,konsep,dan teori pendidikan.
       3.  Pedagogik Teoretis
         Pedagogik teoretis adalah ilmu mendidik sebagai cabang ilmu yang melaksanakan misi terpadu antara pendekatan fisafat pendidikan dan ilmu  pendidikan empirik.Pedagogik teoretis tumbuh sebagai bentuk ilmu pendidikan paling baru dan menyempurnakan teori-teori dalam pendidikan bagi  perbaikan kualitas penghayatan pendidikan atas dasar eratnya keterkaitan dari esensi  kehidupan manusia dalam hakekat pendidikan.
a.     Esensi Pendidikan
Pendidikan  sebagia fenomen mendidik dan terdidik secara empirik, cara pendekatan empirik ini berbeda dari cara penghampiran kefilsafatan yang bersifat reflektif-spekulatif dan menerapkan asumsi atau perangkat aksioma tertentu secara metafisik,epistemologik  dan aksiologik. Adapun gejala dan upaya pendididkan timbil sebagai gejala perilaku dan upaya  manusia diatas perilaku individual-sosial memenuhi kebutuhan dasar-primer bertahn hidup,sebagai bagian kegiatan untuk meningkatkan kehidupan agar lebih bermakna/bernilai.
Pendidikan dimulai di keluarga atas anak yang belum mandiri dan diperluas di lingkungan tetangga/komunitas sekitar.Pendidikan dalam arti mendidik dimulai dalam relasi pergaulan manusia,termasuk  kualitas belajar dan mendidik diri sendiri sebagai humanisasi dalam interaksi internal menjadi dasar dari relasi pendidikan  dan interaksi dalam arti luas(hominisasi dan humanisasi) seperti di lembaga sekolah dan pendidikan non-formal dalam masyarakat,agar terpelihara mutunya dan tidak kehilangan kualitas relasi antara manusia  sebagai sesame subjek pendidikan.

Ciri-ciri anak sampai remaja di usia krisis-puber,menurut dedologi(dulu) dan antropologi anak( kinathropologie,kinderanthropologie,anthropologie des kindes) mempunyai karakteristik Sebagai berikut:
1.      Setiap anak lahir dalam keadaan tidak berdaya.
2.      Anak tidak ada yang langsung dewasa bahkan anak manusia ,alki-laki dan perempuan mengalami masa muda dan perkembangan paling lama dibandingkan jenis makhluk lainya sebelum terwujud manusia multidimensi.
3.      Anak sampai usia rata-rata 3,5 tahun mulai memahami bahasa
4.      Anak usia 4 tahun belum menemukan perbedaan dirinya dari orang lain sehingga belum ada saling pengertian dan penghargaan.

Menurut Langeveld Lingkungan social-budaya sebagai konteks pendidikan anak manusia dibedakan menjadi 3 yakni:
1.      Semua bangsa mempunyai system nilai budaya sendiri sekalipun terdapat jenis perbedaan(bangsa,etnik,Negara)
2.      Keragaman kebudayaan dan kultur social menimbulkan ragam bentuk kedewasaan sebagai esensi tujuan pendidikan sehingga tak mungkin terdapat perkembangan anak lengkap menjadi manusia normative dengan sendirinya.
3.      Perubahan social budaya kontemporer sejak era globalisasi/teknologi informasi dan otonomi daerah.
Dua ciri perbuatan mendidik yang relative mudah diamati(Langeveld:1944)
1.      Dalam pergaulan demikian manusia berupaya mempengaruhi orang lain
2.      Bahwa pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang telah melewati masa muda

b.    Unsur-unsur situasi mendidik atas dasar fenomen pergaulan interinsani
Tugas pedagogik teoretis atau ilmu mendidik sistematis ialah menganalisis dan menyusun persoalan sekitar “upaya mendidik” secara sistematis untuk menguraikan pokok ilmunya secara teratur sebagai kebulatan holistik.Unsur-unsur yang mendukung munculnya perbuatan mendidik untuk menciptakan suasana belajar/situasi pendidikan (dalam bentuk mikro) adalah sebagai berikut:
1.      Kehadiran anak sebagai faktor manusia yang ingin dewasa
2.      Keberadaan orang dewasa sebagai manusia yang harus mendidik
3.      Relasi kemanusiaan tertentu antara orang dewasa dengan anak dan pihak lain.
4.      Sebagai tempat penerapan hubungan kewibawaan pendidikan.
5.      Tindakan pendidikan dan proses mendidik.
6.      Tujuan pendidikan atas dasar regenerasi kemanusiaan  dan system nilai.
Lima perangkat kombinasi unsure-unsur dalam bentuk pendidikan makro(dalam arti luas) yaitu sebagai berikut:
1.      Keharusan,kemungkinan dan batas pendidikan atas dasar hakekat manusia.
2.      Lingkungan dan organ lembaga pendidikan termasuk keluarga(bersifat  informal dan berlingkup mikro dengan kurikulum tersembunyi) dan Negara (bersifat legal-formal,berlingkup makro yang berwenang menyelenggarakan persekolahan dan lembaga pendidikan lainya secara makro dengan kurikulum formal  dan non-formal).
3.      Agenda kegiatan dari kelembagaan nitu,termasuk tetapi di lingkungan persekolahaan tidfak sebatas kurikulum dan pengajaran.
4.      Organisasi,administrasi dan supervise pendidikan.
5.      Struktur sosio-budaya dalam bentuk makro dan mikro

Pendidikan dan terdidik dalam situasi pendidikan.
Unsur pendidikan menyatu dalam situasi pendidikan yang intinya terpadu dalam situasi pendiidkan bentuk mikro.tanpa pendidik maka kedewasaan sebagi tujuan pada hakekatnya berada diluar pendidikan itu sendiri.Orang dewasa adalah bagian dari situasi mendidik maka ia dapat menganalisa situasi itu dengan berintrospeksi refleksi asalkan tanpa pertimbangan ,akan diketahui dan dihayatinya,bahwa dalam keseluruhan situasi pergaulan itu:
·         Pergaulan adalah tempat orang dewasa dan anak yang belum dewasa berlaku sebagai sahabat/teman karena si orang dewasa memperlakukanya demikian.
·         Situasi pergaulan meliputi tiga bagian yaitu dunia bersama,dunia orang dewasa,dunia anak.
·         Bagian dunia orang dewasa yang bermakna /berarti bagi anak ialah kesediaan orang dewasa menjadi teman,sebaliknya dunia anak yang berarti bagi orang dewasa ialah keinginan anak tumbuh kearah kemandirian.
c.      Kedewasaan sebagai tujuan umum pendidikan
Proses mendidik atau situasi pendidikan mempunyai tujuan khusus yang terbatas yaitu  tujuan insidential atau aksidential yamg merupakan  bagian dari proses atau situasi yang khusus.
Ciri-ciri kedewasaan sebagai kualitas normatif:
1.      Kedewasaan itu bersifat statis,tertutup  berhubung telah mencapai suatu status terpadu dalam perkembangan secara individual,social dan moral.
2.      Bertanggung jawab tentang diri sendiri sehingga mampu menyelaraskan kepentingan individual dengan tanggung jawab social
3.      Individu sebagai pribadi menyadari stabilitas atau kestabilannya sehingga mampu mengapresiasi perbedaan pendapat dengan orang lain dan cenderung konsisten mendahulukan penyelesaian pertentangan social dengan cara-cara damai dan sedapat mungkit tanpa kekerasan termasuk pertentangan atau konflik yang melibatkan kepentingan pribadinya.
4.      Bersedia diuji(diadili) dalam pergaulan hidup atas dasar kemampuannya mendalami dan m,enghayati”pilihan tindakan moral” sesuai dengan harkat kemanusiaan.
5.      Turut secara konstruktif dalam pergaulan hidup karena kepedulian  dan apresiasi juga atas kesejahteraan orang lain tanpa merugikan kesejahteraan dan kepentingan sendiri.
6.      Mencapai norma-norma secara pribadi atas dasar berkembangnya kemampuan memahami dan mengolah norma-norma dari luar dan dari masyarakat sebelum dijadikan norma yang bermakna otonom secara pribadi.

Merujuk kepada Henderson(1949) kebajikan adalah jenis tindakan yang didasari perkembangan watak morakl,adapun tiga tahapan perkembangan watak moral  sebelum tumbuhnya kesadaran dan keinsyafannya atas standar perilaku yang relevan dengan peningkatan kesejahteraan umum,ialah:
·         Pengetahuan intelektual tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik.
·         Sikap kecintaan emosional pada apa yang baik dan kebencian kepada apa yang tiodak baik.
·         Kebiasaan dan ketrampilan berbuat baik.
Dalam bentuk mikro(Langeveld:1994.1974) mengelompokan perbuatan mendidik yang bermakna,dalam 5 kategori konseptual hierarkis yaitu:
1.      Perlindungan agar anak/kelompok terdidik tidak rugi atau merugikan diri
2.      Sendiri dan menjadikan pendidikan sebagai kelahiran insane yaitu kelanjutan kelahiran biologis.
3.      Kesepahaman dalam sikap antara pendidik yang menjadi contoh dan peserta didik yang memerlukan /mengerti teladan/tuntunan.
4.      Kesamaan arah/harmoni dalam pikiran dan perbuatan yaitu assimilasi oleh pendidik dan konfirmasi oleh peserta didik sebagai imbalanya.
5.      Perasaan bersatu/kerukunan  yaitu peserta didik difasilitasi dalam humanisasi agar merasakan/menghayati motivasi pendidik dan kepuasan afektif bahkan kerelaan tokoh-tokoh dalam bertindak.
6.      Mendidik pribadi sendiri dalam proses sendiri dalam proses akhir hominisasi dengan mengikutsertakan /keteurutsertaan sendiri berhumanisasi dalam alam makna/nilai masyarakat orang dewasa.
d.    Implikasi Teoretik dan praktis
Kekurangan minat untuk mengembangkan ilmu mendidik(pedagogik teoretis)  atau condong kepada pedagogic praktis namun analisis antropologi anak lebih memenuhi kebutuhan pendidikan dari pada penerapan ilmu-ilmu social ataupun psikologi/biologi/fisiologi.sebabnya ialah karena ilmu-ilmu social menganalisis perilaku dalam hubungan kemasyarakatan,atau psikologi yang mengutamakan penelitian perilaku individu sebagai makhluk organis dan biologis. Filsafat pendidikan tidak mempengaruhi hak pedagogik untuk menjadi ilmu yang otonom. Sedangkan perluasan pedagogic praktis lebih memperjelas kebutuhan prakterk pendidikan atas ilmu yang mempelajari”persoalan mendasar tentang kualitas  mendidik dan relevansinya dengan belajar aktif”. Kekurangan peminat ,penelitian mempengaruhi kekuatan pedagogic bukan sifat keilmuanya,bukan mematiakan(Langeveld,1974).
Mendidik sebagai esensi pendidikan ialah upaya bantuan edukatif dalam suasana/relasi pergaulan manusia dewasa dengan anak sebagai sesame subjek,tempat diman satu pihak membantu pihak kedua dalam aktivitas belajarnya agar mampu mencapai kemungkinan-kemungkinan pada konteks sosio-budaya sekitarnya,mak esensi pendidikan tidak hanya bersifat transmisi nilai-nilai budaya melainkan diimbangi  dengan tuntunan perkembangan individu yang sekaligus bersifat individual dan moral.

0 komentar:

Posting Komentar

animasi  bergerak gif

Sekarang Menunjukkan Jam