PEMBAHASAN
1. Hakikat
Bimbingan dan Konsling di SD
Bimbingan ialah
penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
M. Surya (1988:12)
berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu
agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa
agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),
mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self
realization).
Pada
intinya bimbingan itu merupakan upaya pemberian bantuan yang bersinambungan dan
sistemik yang diberikan kepada siswa, agar siswa yang berangkutan dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Telah dikemukakan pula bahwa bimbingan itu
merupakan bagian terpadu dari keseluruhan upaya pendidikan di sekolah di
samping bidang pegajaran dan administrasi pendidikan.
Dengan
demikian bimbingan bertujuan pula membantu siswa dalam mencapai prestasi
belajar yang optimal. Oleh karena itu, hasil belajar siswa akan lebih memadai,
apabila guru memberikan fungsi bimbingan pada waktu memberikan pelajaran.
Peranan guru dalam bimbingan di kelas itu dapat dikembalikan pada beberapa upaya
dalam bentuk membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya,
membimbing siswa dalam mencapai tujuan itu sendiri, dan membimbing siswa dalam
menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan itu sendiri.
Khusus
dalam rangka pendidian guru, penerapan fungsi bimbingan oleh guru itu perlu di
tonjolkan karena siswa (calon guru) perlu menghayati ecara wajar manfaat
bimbigan dalam proses belajar-mengajar itu sendiri. Cara guru mengajar menjadi
contoh bagi siswa untuk diterapkannya kelak, guru harus menyiapkan diri guna
menghadapi siswa yang memiliki sifat pribadi yang unik.
Setiap
guru pada lembaga pendidikan guru yang mampu bekerja sama degan petugas
bimbingan lainnya untuk menyediakan diri membantu siswa secara individual dalam
mengambil tanggung jawabnya guna mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam
melaksanakan peran bimbingannya, baik secara umum maupun dalam proses
belajar-mengajar,guru sering mengeluh karena tugasnya yang terlalu melimpah.
Sehingga guru harus mempersiapkan pelajaran secara baik dan sesudahnya guru
harus melakukan berbagai tugas, seperti memeriksa dan memberi angka. Dengan
demikian tugas bimbingan dianggap sebagai tugas tambahan, yang pada umumnya
dianggap sebagai tugas yang sangat berat. Jarang sekali guru yang menerima
tugas bimbingan itu dengan sepenuh hati. Mereka pada umumnya mempertahankan pendapat,
bahwa bimbingan merupakan tanggung jawab petugas khusus dan tugas guru adalah
mengajar.
Dari pengertian
diatas, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
1.
Adanya bantuan dari seorang ahli,
2.
Proses pemberian bantuan dilakukan
dengan wawancara konseling,
3.
Bantuan diberikan kepada individu
yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam
mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
2.
Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD
Jika ditinjau
secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya
bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis.
Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan
pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani.
Menurut Tim MKDK
IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatar belakangi perlunya layanan
bimbingan di sekolah yakni:
1.
masalah perkembangan individu,
2.
masalah perbedaan individual,
3.
masalah kebutuhan individu,
4.
masalah penyesuaian diri dan
kelainan tingkah laku, dan
5.
masalah belajar
3. Fungsi
Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo dkk
(1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi
penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah
fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih
program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah,
memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan
bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi
ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara
lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi
penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian
ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian
pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik
konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan
kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha
mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi
adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi
ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam
mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi
siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri,
kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru.
Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para
siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
v Fungsi terpadu dari
keseluruhan tugas guru dalam bimbingan adalah:
a. Rasional
mengenai perlunya guru memberikan bimbingan pada waktu mengajar.
b. Kesempatan
– kesempatan yang terbuka bagi guru untuk menerapkan bimbingan.
c. Hal
pokok yang dapat dan harus dilaksanakan oleh guru sebagai upaya bimbingan dalam proses belajar mengajar, yaitu mengenai
siswa secara individual.
4.
Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasakan Pedoman
Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan
bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang
dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a. Layanan
dasar bimbingan
Layanan dasar
bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa
mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu
pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.
b. Layanan
responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta
didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif.
Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan
konsultasi. Isi layanan responsif adalah:
1.
bidang pendidikan;
2.
bidang belajar;
3.
bidang sosial;
4.
bidang pribadi;
5.
bidang karir;
6.
bidang tata tertib SD;
7.
bidang narkotika dan perjudian;
8.
bidang perilaku sosial, dan
9.
bidang kehidupan lainnya.
c. Layanan
perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari
layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan
sendiri.
d. Dukungan
sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara
menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas,
hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat,
masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan
(Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama
layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual
serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa
jenis layanan BK, yakni:
1.
layanan pengumpulan data,
2.
layanan informasi,
3.
layanan penempatan,
4.
layanan konseling,
5.
layanan referal/melimpahkan ke
pihak lain, dan
6.
layanan penilaian dan tindak
lanjut (Nurihsan, 2005:21).
6. Peran
Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
Karena kegiatan Bimbingan
Konseling sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam
rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Menurut
Traxler (1957: 282-286) peran guru di dalam keseluruhan program bimbingan
adalah:
1. Seseungguhnya
semua guru telah melakukan tugas rangkap mengajar dan membimbing. Masalahnya,
yaitu bahwa tidak semua guru melakukan tugas rangkap itu secara sadar,
berncana, dan bersinambungan. Seorang pembimbing atau penyuluh yang terlatih
sekalipun tidak mungkin melaksanakan program bimbingan itu sendiri. Penyuluh
baru akan memperoleh hasil yang optimal, apabila dia mendapat bantuan yang
sungguh – sungguh dari guru dan tenaga pendidikan lainnya di lingkungan sekolah
yng bersangkutan.
2. Untuk
mempelajari bagaimana sebaiknya mmberikan bimbingan dan untuk mendalami materi
bimbingan teori bimbingan itu memerlukan waktu dan oleh karena itu merupakan
beban tambahan akan tetapi hal itu hanyalah terasa pada waktu permulaan saja.
Dari situ guru akan memperoleh manfaat arena bimbingan yang dilakukannya yaitu
akan menambah efektifitas pengajaranya.
3. Banyaknya
jumlah siswa disekolah merupakan salah satu masalah yang sering dijadikan
alasan oleh guru untuk tidak melakukan tugas bimbingan. Kemudian apakah yang
dapat dilakukan guru pada waktu mengajar dalam eadaan yang sama itu? Hal
pertama adalah guru sebaiknya dalam proses instruksional maupun dalam proses
bimbingan ialah mempelajari siswa.
4. Guru
sangat besar sumbangannya dalam rangka pelaksanaan dan pengembangan program
test di sekolah. Sumbangan yang utama yaitu dalam menyajikan asil test prestasi
belajar siswa dalam bidang studi yang diajarkan.
5. Guru
dapat memanfaatkan catatan pribadi da catatan akademis siswa terutama untuk
mempelajari faktor – faktor non instruksional yang dapat mendukung efektivitas
proses belajar mengajar. Sebaliknya guru dapat memberikan sumbangan bahan untuk
melengkapi catatan pribadi dan catatan akademis itu, baik yang berhubungan
dengan faktor instruksional maupun yang bersifat non instruksional. Dengan
menggunakan catatn pribadi dan catatan akademis itu guru dpat lebih mudah
mengenal siswa dengan demikian guru dapat menyesuaikan tindakan
instruksionalnya dengan keadaan siswa secara individual.
6. Catatan
pribadi dan catatan akademis merupakan sumber yang sangat komprehensif mengenai
data siswa. Catatan – catatan itu, diantaranya berisikan hasil test yang telah
ditempuh siswa selama bersekolah, informasi mengenai hasil test tersebut dapat
membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajar dan untuk memperbaiki
proses kegiatan belajar mengajar di kelas serta merencanakan kegiatan belajar
pada waktu yang akan datang.
7. Apabila
diketahui bahwa seorang siswa mengalami masalah dalam penyesuaian diri maka
langkah pokok yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Menghimpun
data mengenai siswa
b. Menganalisis
data itu brdasarkan keadaan siswa pada saat terjadinya gejala kesulitan
penyesuaian diri.
c. Merumuskan
dugaan mengenai sumber kesulitan itu dan mengenal pendekatan yang dapat
digunakan dalam memberikan bantuan kepada siswa tersebut.
d. Merencanakan
langkah – langkah bantuan.
e. Melaksanakan
langkah tersebut.
f. Mengamati
hasil bantuan yang diberikan.
g. Apabila
langkah tersebut kurang aau tidak berhasil, lakukanlah perbikan sampai hasilnya
memadai.
Menurut
Eva Pring (1947 : 227) mengindentifikasikan peranan guru dalam bimbingan itu
sebagai berikut :
1. Membantu
siswa dalam mengorientasikan diri dan menyesuaiakan diri pada sekolah.
2. Mempelajari
siswa untuk memahami latar belakang kehidupannya, kemampuan, minat, dan
kebutuhnnya.
3. Membantu
siswa dalam menanggulangi kesulitannya.
4. Mengembangkan
metode serta alat bantu pengajaran untuk
membantu mengembangkan individu siswa secara keseluruhan.
Sardiman
(2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan BK, yaitu:
a.
Informator, guru diharapkan
sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan
sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.
Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan
akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c.
Motivator, guru harus mampu
merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.
Director, guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
e.
Inisiator, guru sebagai pencetus
ide dalam proses belajar-mengajar.
f.
Transmitter, guru bertindak selaku
penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.
Fasilitator, guru akan memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.
Mediator, guru sebagai penengah
dalam kegiatan belajar siswa.
i.
Evaluator, guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
Dari
beberapa pendapat para ahli diatas mengenai peran guru dalam bimbingan di kelas
tindakan yang harus dilakukan guru untuk membantu siswa agar mencapai
keberhasilan belajar secara optimal adalah:
1. Mengembangkan
iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan yang bersuasana membantu
perkembangan siswa.
2. Memberi
pengarahan atau orientasi dalam rangka belajar yang efektif.
3. Mempelajari
dan menelaah siswa untuk menemukan kekuatan,kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan
yang dihadapinya.
4. Penyuluhan
tak resmi kepada siswa yang menghadapi kesulitan tertentu.
5. Menyajikan
inormasi tentang masalah pendidikan dan jabatan
6. Mendorong
dan meningkatkan pertumbuhan pribadi dan pertumbuhan sosial siswa.
7. Melakukan
pelayanan rujukan (referral), apabila guru mendapatkan individu yang menglami
kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh sswa itu sendiri.
8. Melaksanakan
bimbingan kelompok di kelas.
9. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan
kelebihan dan masalah – masalahnya.
10. Melengkapi
rencana – recana yang telah dirumuskan oleh siswa bersama – sama dengan
penyuluh.
11. Menyelenggarakan
pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
12. Membimbing
setiap siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar dengan baik.
13. Menilai
hasil belajar siswa secara menyeluruh dan bersinambungan.
14. Melakukan
perbaikan pengajaran bagi siswa yang memerlukannya.
15. Mempersiapkan
informasi yang diperlukan untuk dijadikan dalam pembicaraan kasus yang
berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
16. Bekerjasama
dengan penyuluh dan tenaga pendidikan lainnya dalam memberikan bantuan yang
dibutuhkan oleh siswa.
17. Memahami
dan melaksanakan kebijaksanaan dan prosedur – prosedur bimbingan yang berlaku
di sekolah tempat kerjanya.
Kesimpulan
Kebersihan belajar siswa akan lebih memadai apabila guru menerapkan peran
bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa
upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian siswanya serta upaya bimbingan
lain untuk membimbing siswa menetukan tujuan
yang hendak di capainya, membimbing siswa dalam menilai keberahasilannya
dalam mencapai tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar